Thursday, May 03, 2007

Outbounding activity?? Tidakkk……

Begitulah kira-kira jawaban spontan saya saat ini ada yang dengan senang hati mengajak saya melakukan kegiatan alam bebas.

Anehkah ini? Buat saya ini cukup aneh. Mengingat dulu saya adalah penggila kegiatan beginian. Sebutlah kemping meski nginepnya di tenda dan kehujanan, rasanya saya ga pernah kapok melakukannya. Arung Jeram juga. Saya malah sangat tergila-gila pada olah raga yang satu ini, meski saya ga bisa berenang. Kecuali naek gunung. Alasannya Cuma satu: saya takut ketinggian (tersipu-sipu malu*mode on*).

Tapi biar begitu saya selalu antusias untuk jenis kegiatan begini. Menyusuri hutan, mandi lumpur, bukanlah hal yang menyiksa buat saya. Saya bahkan sangat menikmati semua itu.

Namun sejak saya pindah ke kantor yang
ini, dan pindah ke departemen saya yang sekarang, keinginan saya untuk melakukan perjalanan dan petualangan-petualangan itu lagi perlahan sirna. Mungkin penyebabnya, karena pekerjaan saya ini memang bisa dibilang 80 persennya adalah outbonding activities. Bayangkan saja, bisa dibilang hampir tiap minggu saya keluar masuk hutan, bukit dan daerah-daerah pedalaman. Menempuh 1 aau 2 jam perjalanan dengan jalan kaki keluar masuk hutan, bukanlah suatu istimewa.

Dua bulan yang lalu saya bahkan tersesat selama 2 jam dalam gunung dan rimba yang bisa dibilang jarang dilintasi orang. Untungnya saya tak sendiri. Ada 2 bule dan seorang teman mantan anak PA yang ikut bersama saya. Itu bukanlah bagian terberat, karena bagian terberatnya adalah saat musti menyeberang sungai yang airnya sangat deras dan hanya berjembatankan seutas ranting pohon dengan ketinggian 60 derajat. Saking paniknya, saya sudah memutuskan untuk berhenti di situ, dan mempersilahkan anggota tim yang lain untuk melanjutkan perjalanan. Enatah terlatih bagaimana, para lelaki itu berhasil meluluhkan kekerasan hati saya dan berhasil membujuk saya untuk menyebrang sungai itu dengan jembatan ranting pohon itu. Dan taukah kau, bahwa salah seorang dari mereka sudah siap-siap menyambut saya (yang tak pandai berenang ini) di dalam air. Akhirnya berbekal kenekatan dan kepasrahan saya putuskan untuk menyusuri jembatan itu dengan kaki dan tangan saya. Dan alhamdulillah saya tiba di seberang dengan selamat. Semua pun bertepuk tangan dan menyalami saya. Huh…sebuah pengalaman menakjubkan sekaligus memalukan..hihihi..

Paling beruntung adalah jika bisa menempuh perjalanan dengan motor sewaan. Meski jantung dan adrenalin akan berpacu tiada henti, karena jalur yang bisa dilewati hanyalah selebar ban motor (yang dirantai, saking licinnya jalur yang harus di tempuh), selebihnya adalah jurang. Alhamdulillah dari sekian perjalanan itu tak sekalipun kecelakaan saya alami. Subhanallah.

Tapi tak urung semuanya membuat saya “jenuh” dan muak dengan aktivitas sejenis. Cukup saat bekerja saya harus bergelut dengan semua itu. Peduli amat, mau dibilang suasana pegunungan itu seger, bagus banget buat kesehatan dan paru-paru atau apalah. Buat saya saat ini suasana hiruk pikuk kota besar adalah hal yang paling saya tunggu. Dasar ndeso.. :-)



1 comment:

  1. hahahahaha, aku suka edisi ini!!
    huahahahahahahah

    ReplyDelete