Friday, October 12, 2012

Aku dan Rumah Sakit


Aku punya pengakuan.

Aku benci tempat bernama rumah sakit. Ya, meski aku sering sakit-sakitan sejak kecil. Dari disentri, panas, sakit gigi, digigit anjing hingga digigit monyet.
Aku juga sangat sering menolak jika ada teman yang mengajak untuk membesuk sodara atau kerabat ataupun sahabat yang sedang dirawat di rumah sakit.

Sebenarnya aku bukan tak punya alasan untuk itu
Karena taukah kalian, bahwa sepulang dari rumah sakit baik setelah membesuk orang sakit atau cuma memeriksa darah ke laboraturium, kondisiku akan drop setelah itu. Biasanya demam, meriang, pusing. Paling ringan cuma mual-mual.

Yang paling dilematis adalah saat harus menjaga kerabat atau bahkan ibuku sendiri yang sempat bolak balik usti rawat inap di rumah sakit. Biasanya aku gak akan minum air setetespun dari kamar atau bahkan kantin rumah sakit. Kalo mau makan atau minum, aku rela jalan meski sampe 1 km hanya untuk bisa gak makan dilingkungan rumah sakit.

Nah sebluan yang lalu setelah ngobrol-ngobrol dengan seorang sahabat, terlintas ide untuk membuta semacam essay photo project, yang tujuan akhirnya adalah bikin pameran trus hasil foto-fotonya dilelang dan uang yang didapat akan disumbangkan kepada anak pengidap thallasemia disini.

Aku sih seneng banget sama ide itu. Nah masalahnya, persoalan pribadiku dengan rumah sakit ini lho..Nyaris aku membatalkan jika saja dorongan dari hati tidak lebih kuat. Meningat kurang dari dua minggu aku akan angkat kaki dari kota ini da sebelumnya aku ingin berkontribusi sedikit lah.
Oleh karenanya kuterima ini sebagai tantangan.

Maka dua hari yang lalu aku pun menguatkan tekad untuk pertama kalinya mengunjungi Rumah Sakit Zainal Abidin, guna melihat kondisi anak-anak  tersebut. Perlu waktu satu jam lebih untuk menyiapkan hati dan badan. Lucky me, semua gak seburuk yang dibayangkan. Aku sanggup memotret mereka meski hanya sekitar 30 menit saja aku berada di ruangan itu. Tapi rasa mual dan rasa takut tak terlalu terasa. Hingga tiba-tiba aku pilek. Badanku agak mriang. Semua bertambah ketika aku masuk ke ruangan satunya lagi dimana disitu aku menyaksikan dua orang dewasa (juga pengidap thalllasemia) yang di"angkut" menggunakan kursi roda karena pingsan (HBnya sangat rendah), trus di sebelahnya ada kantung darah..tiba-tiba akupun diserang rasa mual dan lemas yang amat sangat. Lalu aku memutuskan keluar ruangan dan menuju ke tempat yang lebih terbuka. Setelah itu aku langsung pamit pulang..hahaha...cemen banget yaa...whatever. Tapi aku gak kapok kookk..malah lagi merencanakan kunjungan harian kesana. Mudah-mudahan ini bisa jadi terapi buatku supaya gak cemen lagi..hihihi




Wednesday, October 10, 2012

My One and Only Single Eyeshadow PAC


Bicara eyeshadow, saya baru menyadari kalo shade eyeshadow  yang saya miliki kebanyakan coklat. Termasuk produk yang akan saya review ini. Keputusan saya membeli produk ini juga sebenarnya cuma iseng sih. Pengen nyobain produk unggulannya Martha Tilaar ceritanya.
Saat mbaknya nanyain mau pilih warna apa, reflek saya nunjuk warna coklat ini, sekalian bisa buat shading pikir saya waktu itu. Dan saya hanya membeli refilnya. Yak, karena case nya jauh lebih mahal dari refilnya. Malessss…hihihi..
Setelah saya cobain, warnanya memang pigmented sekali. Teksturnya lembut. Tapi saya sih lebih sering menggunakannya untuk shading saja :)
+pigmented
+teksturnya lembut
+bagus buat shading
-mahal :IDR 36,000 (gak sama tempatnya boo..:D)
-Dijual terpisah dengan tempatnya
Repurchase? Maybe