Tuesday, September 16, 2008

Dalam hitungan tiga minggu hidup saya akan berbeda. Bahagia, excited, sedih, nervous. Perasaan saya campur aduk..

Bahagia, karena 'perjuangan' saya alhamdulillah ga sia-sia. setelah beberapa bulan pontang-panting mengatur jadwal, mengejar bus tercepat agar tak terlambat tiba di banda aceh untuk mengikuti interview, dan mengejar bus tercepat agar bisa sampai kembali di Lhokseumawe sebelum tengah malam

Bahagia karena saya seperti melihat dunia baru yang terbentang di hadapan saya, yang siap untuk saya masuki. Dunia yang lebih berwarna (hopefully!)daripada dunia saya sebelumnya selama nyaris 4 tahun belakangan.

Dunia yang menawarkan kemungkinan-kemungkinan lainnya; sekolah/kursus, tes beasiswa, preparation & test TOEFL, sabang, diving, kelompok diskusi, kelompok fotografi, lingkungan dan teman-teman baru..yah..mudah-mudahan semuanya sesuai dengan harapan.

Excited, membayangkan tantangan-tangan baru yang akan dihadapi

Sedih. Tentu saja, karena saya akan terpisah lebih jauh dengan putri kecil saya. Padahal saya merasa hubungan kami saat ini semakin dekat dan erat diibanding sebelumnya. Tapi apa boleh buat. Hidup memang harus memilih nak, dan kita tak punya pilihan lain yang lebih baik selain ini. Yakinlah nak, perpisahan ini hanya untuk sementara.

Nervous? tentu saja, karena saya harus berhadapan dengan dunia baru, yang saya belum tau apa isinya. Dan, saya merasa seperti sedang menjalani karma. Karma? ya, karena lembaga di mana saya bekerja nantinya adalah lembaga mitra kantor saya yang sekarang yang paling sering bikin sering saya naik darah, sakit kepala dan sebellllllllll..eh..ujung-ujungnya saya harus bekerja di kantor mereka, dan menjadi representative mereka pula. Allahu Akbar.

Anyway, I love the changes!

Welcome to the new life,moeldjanie..

Wednesday, September 03, 2008


Tentang Membangun Masa Depan…

Masa depan? ah sebuah kata yang sangat saya tidak suka..Mungkin karena saya "penganut aliran" realistis. Buatsaya masa depan adalah apa yang kita bangun dan kita rintis dari sekarang. Soal hasil itu bukan urusan kita.

Defenisi Masa Depan versi keluarga saya

Dalam keluargsaya masa depan adalah Menjadi Pegawai Negeri Sipil. Dan saya satu-satunya anak ibusaya yang menolak untuk menjadi PNS (baca: menolak dengan tegas maupun halus; dengan tidak bersedia mengisayati semua proses penyaringan yang ada)

Sejak saya masih sayaliah hingga diwisuda (hingga bulan kemaren, saat saya memperbicangkan kemungkinan-kemungkinan tentang pekerjaansaya), tampaknya ibu masih punya harapan bahwa saya akan berubah

Saya Cuma bisa berkomentar, yah kita liat aja..

Yang jelas saya tau, dalam benak orang tua saya, saya termasuk golongan orang tolol yang memilih madesu (baca : masa depan suram)


Masa depan dalam otak saya

Sejujurnya saat ini jika saya mendengar kata "masa depan", maka yang terlintas dalam pikiran saya adalah bekerja keras mempersiapkan dana pendidikan dan sebuah rumah impian nazla, putri saya.

Hanya itu?

Ya hanya itu..

Banyak orang yang mempertanyakan keinginan saya untuk menikah lagi, tapi saya selalu menjawab : itu bukan hal penting lagi buat saya..

Saya akuii tak sedikit yang menyayangkan..

"Kamu masih muda"

"Kamu tak ingin punya teman berbagi?"

"Semua manusia diciptakan berpasangan.."

"Anakmu butuh figur ayah.."

Dan banyak respon lainnya..

Saya akui mereka tak sepenuhnya salah,..Karena memang respo atau cara pandang mereka memanglah lahir dari nilai-nilai "normal" yang ada di lingkungan kita pada umumnya.

Oleh sebab itu tak heran jika saya dianggap abnormal..

Apakah saya memang abnormal?

Pertanyaan itu sering muncul belakangan. Terutama sejak "perbincangan" saya dengan
lelaki yang pernah menawarkan untuk membangun masa depan bersama saya itu.

Masa depan?

Saya juga tak tau istilah apa yang tepat digunakan untuk melukiskannya

Membangun masa depan siapa?

Kami?

Rasanya kata itu sudah tak tepat lagi digunakan.

Buat saya selama ini dia sedang membangun masa depannya sendiri.

Bukan masa depan kami

Dia selalu datang dengan rencananya, tak meminta tanggapan saya, hanya announce apa yang dia rencanakan, agar saya tahu.

Pernah ia meminta suara saya, tapi akhirnya pendapat saya malah ditanggapi sarkastik.

Ya sudahlah, mungkin saya tak cukup normal untuk dimintai pendapat ( baca:ga begitu asik buat diajak sharing)

dan..

Tadi malam ia datang untuk mengumumkan hal baru lainnya.

Terima kasih pemberitahuannya.

Saya hanya bisa bergumam dalam hati: lakukanlah apa yang membuatmu bahagia..







Tuesday, September 02, 2008


Keinginan saya untuk segera memulai ''babak baru'' dalam kehidupan saya tampaknya harus ditunda untuk sementara waktu.

Reality bites..

Sent from my phone using trutap