Tuesday, December 18, 2007

Kedunguan dan ketololan untuk selalu percaya bahwa cinta itu membuat hidup lebih indah dan segalanya menjadi lebih baik kembali terulang.

Seperti keledai yang telah jatuh berkali-kali kelubang yang sama, maka begitu pula hidup dibodohi oleh sesuatu yang disebut cinta.

Sekalipun pada awalnya hati akan dengan tegas menolaknya masuk dan menempati salah satu ruang nya, namun dengan sedikit kegigihan, bujuk rayu dan janji manis, maka dengan sukarela pintunya akan segera terbuka lebar untuk mempersilahkannya masuk kedalamnya .

Pada awal semua berjalan baik-baik saja seperti semua janji yang diperdengarkan, lalu sampailah pada saat dimana semua terasa mulai tak sama lagi. Segala cita mulai berubah menjadi luka. Luka yang semula hanya berupa irisan kecil, yang dari hari ke hari bertambah lebar lalu pada akhirnya berubah menjadi lubang yang menganga.

Dan dia tak sama lagi. Segala keindahan dan manisnya bujuk rayu takkan terdengar lagi. Segala renyah gelak tawa takkan lagi ada buatmu. Karena kau bukan lagi teman bicara yang dicari.
Karena semua sudah begitu jelas dan hatimu telah kau serahkan, maka semuanya hanya akan sampai disitu saja. Karena hidup bukanlah hidup jika tak ada tantangan yang harus ditaklukkan, begitu kira-kira seorang teman pernah berujar.

Dan kaupun sadar betapa kau memang telah dibodohi.

Karena cinta yang selama ini kau kira cinta, bukanlah cinta yang sesungguhnya

Monday, December 17, 2007

Tuhan...
Aku lelah untuk terus berpura-pura tak terluka..
Aku takut luka itu akan membesar lalu menjadi busuk dan bernanah karena terlalu lama kututupi

Tuhan...
Apa yang harus kulakukan?

Thursday, December 13, 2007

cahaya mataku...
Akhir tahun selalu berarti banjir dalam beberapa tahun ini.
Jika bagi orang lain menjelang akhir tahun berarti merencanakan
liburan, tapi bagi saya menjelang akhir tahun artinya bersiap-siap
untuk terkurung di kos dan ga bisa kemana-mana. Tahun lalu malah
terbaring tak berdaya di tempat tidur karena tifus sialan begitu
setia menemani. Tapi tahun ini, saya lebih beruntung. karena tahun ini
saya bisa sekalian hunting...

Wednesday, November 21, 2007

quovadis kehidupan

kemalasan yang sangat betah berlama-lama di sepanjang raga dan juga bersarang di otak, membuat saya kehilangan kemampuan untuk menumpahkan isi benak saya ke dalam tulisan. dan juga kehilangan kemampuan-kemampuan saya yang lainnya..

otak saya blank.

saya serasa tak berenergi

bangun di pagi hari tak lagi sesuatu yang indah

karena pintu kantor telah menanti tuk dikunjungi

bukan saya tak bersyukur masih memiliki pekerjaan, dianatara ribuan pengangguran yang ada.

tapi saya hanya merasa bermetamorfosa menjadi robot…

tak punya rasa

tak punya ambisi

tak punya cita-cita

hanya mengalir bersama arus yang ada

dan ini bukanlah hidup yang saya cari…

Thursday, November 15, 2007

menyedihkan rasanya saat tau bahwa aku bukanlah seseorang yang selama ini kau cari.

tapi apa yang bisa kulakukan ?

Monday, November 12, 2007

pada suatu pagi. bangun tidur. ngucek-ngucek mata. ambil kamera. pencet sana-pencet sini. ada option: ç&ç&ççç%//&((&(%&( yes or no? dan aku memilih yes. sesaat kemudian aku sadar, ternyata 60 an moment yang terekam dalam kameraku telah terdelete!

S-H-I-T!

Sunday, November 11, 2007

rasanya perjalanan ini akan semakin panjang. entah berujung dimana. dan aku semakin lelah. tak seteguk air yang kau bawa kau tawarkan untukku.

aku lelah

lelah

letih

dan kita semakin terpisah

karena kau melihat sebuah jalan lain didepan
dan aku memilih tetap melintasi jalan ini

aku kau tinggalkan

meski kau bilang "aku takkan kemana-mana. kamu harus percaya padaku. aku cinta kamu. aku akan kembali"

kau melangkah pergi


lalu kuputuskan untuk kembali dan tak melanjutkan perjalanan....

Thursday, October 25, 2007

Aku berhenti mencari karena aku telah menemukanmu
Kenapa kau masih tetap mencari, sedangkan aku ada disini?
belum cukupkah kasih yang kuberi?
belum cukupkah hadirku disini?

Monday, October 22, 2007

seperti berpijak pada bekas jejak yang sama.seperti keledai yang tinggal menunggu saat untuk jatuh kembali ke lubang yang sama.semua sudah jelas di depan mata. tapi aku tak pernah berdaya untuk berbuat apapun.

mungkin sebaiknya aku segera mengosongkan hati, lalu berkemas untuk pergi....

Thursday, September 27, 2007

I am just a camera owner…





Setelah perjuangan saya menabung selama bertahun-tahun demi memiliki si sexy ini selesai,dan dia telah resmi menjadi pacar kedua saya, saya piker saya akan lebih produktif dalam menghasilkan gambar. Ternyata semua salah besar. si sexy harus rela saya cuekin berhari-hari tanpa saya sentuh.

Meski begitu bolehlah saya menjustifikasi semua kondisi ini. Semua keadaan ini tercipta oleh beberapa hal. pertama, pekerjaan saya yang menyita waktu dan tenaga yang lumayan banyak. saya harus lebih banyak bepergian kelapangan, sehingga energi saya sudah habis begitu jam kantor selesai. Pertanyaan yang sering saya dengar;bukankah pekerjaan kayak begitu yang malah memungkin bagi kamu untuk hunting lebihsering?Jawaban saya: Salah Besar. Saya bukanlah jurnalis. Saya hanya seorang pekerja sosial di sebuah organisasi kemanusiaan untuk masalah konflik, yang pastinya memiliki peraturan yang super ketat, termasuk maslah penggunaan kamera. bayangin saja, untuk membawa sebuah kamera ke lapangan saya harus mendapatkan izin dari kepala kantor saya yang tercintah ini. Belum lagi persyaratan tetek bengek yang mengharuskan saya untuk lebih berhai-hati dalam mengambil gambar, karena akibatnya, fatal bisa-bisa saya kehilangan pekerjaan. Pfiuuuhh…

Kedua, karena aktifitas saya yang cukup padat, maka yang saya butuhkan saat weekend datang adalah : ISTIRAHAT alias tidur. Dan saya adalalah termasuk salah seorang yang terobsesi dengan tidur. Bayangkan saja, sabtu dan minggu, jika saya sedang tak bisa mengunjungi putri kecil saya, maka sudah bisa dipastikan jadwal bangun saya adalah jam 12 siang, paling cepat. Oleh karenanya akan sangat sulit membuat janji dengan saya pada weekend. Saya akan lebih memprioritaskan kebutuhan saya dang satu itu.

Ketiga, lingkungan saya tidak mendukung saya untuk menemukan komunitas yang bisa ajak untuk membentuk suatu kegiatan yang berhubungan dengan dunia "mat Kodak" ini. entahlah mungkin saya yang kuper. tapi yang jelas, setahun pertama saya pindah kesini, aktifitas utama saya adalah menemukan teman atau lingkungan yang bisa tetap menyemangati saya untuk tetap eksis didunia perMat Kodak-an ini. Tapi harapan tinggallah harapan. Sampai saat ini saya belum menemukannya.

Alasan-alasan di atas juga yang membuat saya- si pengidap penyakit malas-akut- ini semakin malas bergerak. Meski setiap kali menemukan moment atau sesuatu object, hati saya ingin bersorak "wah..bagus bangetttt..", tapi tetap saja ada banyak hal yang membuat saya berat meski hanya sekedar untuk merogoh tas saya dan mengambil kamera lalu mengabadikan object tersebut…yeah..I am just a simply canon owner…

Gairah

entah enapa saat ini, itu hal yang paling sulit saya temukan dalam keseharian saya. padahal dulu, hidup saya bisa selalu diwarnai dengan sesuatu called gairah (beberapa orang lebih suka menyebutnya dengan passion), sehingga apapun yang saya lakukan selalu menimbulkan rasa bahagia. Hanya dengan memiliki seorang teman baru saja bisa membuat wajah saya akan dipenuhi dengan semburat sepanjang hari. hanya dengan menghabiskan waktu dengan beberapa teman lama untukmembincangkan hari-hari, kan membuat langit di kota saya menjadi lebih biru dan lebih cerah dari biasanya. Meski realitas dalam kehidupan yang saya temui sehari-hari tak kunjung berubah. Semuanya masih sama.

banyak teman saya yang mempertanyakan, why does it matter for you? tentu saja. karena dengan gairah seberapa berat tantangan di depan mata, semua kan bisa terlalui. Seberapa pahit getirnya kenyataan, takkan bisa menghentikan langkahmu. Kau takkan mengenal kata lelah.

disini, gairah itu takkan mudah tuk ditemui. Saya harus mencari dan mengejarnya terus menerus tanpa henti. melalui setiap halaman buku yang saya baca. setiap gambar yang saya lihat. setiap aroma yang saya hirup. semuanya adalah cara untuk menemukannya. meski tak semua cara berhasil membuatnya muncul. maka saya harus berusaha lebih keras lagi.

karena saya tak ingin menjalani dan menjadikan hidup sebagai sebuah rutinitas belaka. karena rasanya sungguh menyiksa. warna langit akan terasa sama setiap harinya. bentuk awan akan terasa sama hari ini, kemarin dan esok. semuanya akan terasa sama. dan itu bukanlah hidup yang ingin saya jalani. karena saya ingin menjalani dan merayakan hidup. setiap saat. setiap hari.

namun pertanyaannya: mungkinkah gairah itu akan saya dapati kembali?

Monday, September 24, 2007

Wednesday, September 19, 2007


Selamat Ulang Tahun Sayang...

Hari ini bidadari kecil saya berulang tahun, dan saya tak ada di sampingnya. Maafkan ibu...

Ya, tanpa terasa usianya sudah satu repelita. Dan tanpa terasa kami sudah melewati masa sulit itu 4 tahun lebih.. Melewati hari-hari kami berdua saja, tanpa seseorang yang layak di sebutnya "ayah", (kecuali Ayah saya yang juga dipanggilnya dengan sebutan "Ayah") . Meski saya hanya bisa menemuinya dua hari saja dalam seminggu, itupun kalu kondisi saya fit, kalau tidak maka saya harus merapelnya jadi 2 hari dalam 2 minggu.

Bukan saya tak ingin membawanya bersama saya, karena sayapun selalu merindukan suaranya setiap saat. merindukan jemari kecilnya membelai pipi saya, dan berkata: Nazla sayang sama mama. Tapi kondisi pekerjaan saya yang mengharuskan kami hidup terpisah. Karena manalah mungkin saya membawanya untuk tinggal bersama saya, jika jadwal saya saja bisa dibilang tak tentu. Kadang saya harus menginap berhari-hari dilapangan, bahkan pernah berminggu-minggu. Saya tak bisa membayangkan ia akan tinggal selama itu dengan orang lain. Saya akan lebih tenang jika ia tinggal dengan orang tua saya, meski itu berarti saya kesempatan kami untuk bertemu sangatlah kecil.

Tapi apa boleh buat, hidup memang harus memilih...
Dan kita harus terus melanjutkan hidup, nak. Semua yang ibu lakukan adalah demi hidup kita. Hidupmu. Agar masa depanmu bisa lebih baik dari yang ibu punya. Agar hidupmu tak kekurangan. Agar kau bisa sekolah lebih tinggi, hingga kau takkan diremehkan oleh siapapun. Hanya itu cita-cita ibu. Karena hingga detik ini, kaulah sumber bahagia ibu. Kau lah cahaya mata ibu.


Maka, tetaplah bersinar, agar hidup kita lebih bersinar, anakku.
Ibu sangat mencintaimu, melebihi cinta ibu pada diri ibu sendiri. Meski cara ibu mencintaimu berbeda dengan ibu teman-temanmu di sekolah yang bisa setiap hari mengantar mereka sekolah dan menungguimu digerbang sekolah. Tapi ibu selalu mendoakanmu dari sini. Maafkan ibu anakku..

Dedicated to: Malaikat kecilku Nazla Syauqina….

Monday, September 17, 2007




taman kota

sabtu siang, saya memaksakan kaki untuk singgah di sebuah taman kota. sebuah tujuan yang tiba-tiba terlintas di kepala untuk disinggahi.

sebuah taman yang nyaris 2 tahun lalu menjadi tempat saya membuang kepenatan usai bekerja atau pulang dari lapangan.

tempat yang teduh. banyak bangku. privasi yang terjaga (parameternya adalah jumlah orang yang menyapa saya yang datang dengan menenteng kamera seraya jepret sana-sini J
)

semula tujuan utama saya kesitu sebenarnya adalah mencoba mencari variasi suasana baru setelah 2 minggu berkutat dengan laporan yang panjang dan bikin pusing plus suasana kos yang makin kacau, tapi melihat tempat yang teduh dan shading yang oke banget, akhirnya saya pun meutuskan untuk menggunakan kamera saya meski untuk sekali atau 2 jepret saja. mengingat saya memang tak begitu nyaman memotret di tempat yang baru saya datangi plus puluhan mata yang memandang aneh ke saya (secara hari itu saya menggunakan pakaian kebesaran saya)

yeah..sebuah tempat yang cukup nyamanlah..cuma satu…bisingnya bukan kepalang, baca: taman itu terletak di pusat kota yang diapit oleh 2 jalan raya






Everything is gonna be alrite, dear...

Ada banyak hal yang datang dan pergi dalam hidup saya. Teman. Orang-orang terdekat. Benda-benda kesayangan. Perasaan. Sedih. Senang. Gelisah. Gembira. Nelangsa. Bahagia. Banyak. Dan memang tak ada yang abadi dalam hidup kecuali perubahan kan..

Begitu juga dengan worklife saya. Bos yang datang silih berganti. Ada yang hanya sekedipan mata. Lewat tanpa meninggalkan kesan apa-apa. Ada yang sebentar tapi cukup untuk mencetak memory-memory penting dalam otak saya yang kecil (dan jarang dipake pula). Ada juga yang lama, tapi tetap tak meninggalkan kesan yang mendalam juga.

Rasanya baru kemaren saya kehilangan Miki, my previous boss, kini saya sedang menghitung hari (krisdayanti banget ga sih…??) untuk bersiap kehilangan yang satunya lagi..Cukup berkesan, karena memang banyak pelajaran yang saya dapatkan selama hampir 14 bulan bekerja dengannya (meski yang intens baru 6 bulan belakangan ini). Pelajaran tentang bagaimana mendesain hidup agar selalu punya target, punya impian untuk diraih, agar waktu tak terbuang percuma, agar kelak di hari tua kau takkan menyesal. "Karena hidup bukan hanya apa yang terlihat saat ini.." itu yang selalu diucapkannya padaku.

Dia juga satu-satunya yang mengajarkan pada saya bahwa kau bisa meraih lebih dari apa yang sudah kau dapat sekarang asal kau mau mengembangkan dirimu dan tak hanya menerima apa yang ada saja. Bukan ambisius, tapi self-development. Dia juga salah satu dari 2 orang yang mematahkan argument saya tentang umur saya yang menurut saya "sudah tua". Dia yang selalu membesarkan hati saya dan memompa semangat saya dengan selalu berkata: kamu harusnya bisa berbuat lebih banyak ketimbang disini. Di sini bukan tempat kamu. Tempat kamu di Jakarta atau Medan. Come on..wat are u doing here??. Dia juga yang selalu bisa mengamati perubahan-perubahan emosional saya. Kapan saya lagi ada masalah. Kapan saya kurang istirahat. Kapan saya sedang berantem sama pacar. Dia selalu menebaknya dengan benar.Haha..! Menakjubkan.

Dan seperti sebuah ungkapan (meski saya membencinya): bahwa semua pertemuan itu muaranya adalah perpisahan. Yah…perpisahan. dan saya sangat sering menghadapinya, apalagi sejak saya bekerja di sini. Bayangkan, selama 28 bulan saya bekerja di sini, saya sudah punya 7 orang bos. Dan dalam 2 minggu jumlah itu akan berubah menjadi 8. Dan keliatannya yang ke-8 ini jauh banget dari asik..selamat deh..

Yeah…life goes on anyway…dan hidup kan sebuah proses, dan saya harus menyiapkan diri saya untuk masuk ke dalam proses berikutnya…

Anggap saja saya masuk ke sekolah baru dimana lingkungan dan orang-orangnya baru dan harus menjadi tantangan buat saya untuk mengenal dan menjadi dekat dengan mereka. And everything is gonna be okayy…

Let's Read and Evacuate...

Setelah 3 bulan selera membaca saya ilang dengan tiba-tiba (karna memang saya ga tau apa pemicunya), akhirnya perlahan, saya bisa menemukannya kembali minggu ini. Melalui novelnya si okke yang boleh dibilang keren.

Lalu saya juga menemukan Female Undercovernya Norah Vincent, yang "memaksa" saya untuk terus melahap halaman demi halaman buku itu sampai selesai karena rasa penasaran saya akan ending ceritanya (meski buku itu non fiksi). Mungkin akan diteruskan dengan tetralogynya si Andrea Hirata, Endesor, meski sudah lama terbit, tapi baru kali ini berhasil saya dapatkan (secara saya tinggal nun jauh disana…ditempat yang jauh dari peradaban..hihihi..)

Besides, saya juga sedang dalam sebuah "misi" yakni mengevakuasi buku-buku saya ke rumah orang tau saya, mengingat kost saya yang dulunya cukup homy kini telah berubah menjadi rawan bocor dan rawan banjir..yah, mau tak mau saya harus menyelamatkan benda-benda kesayangan saya terlebih dulu sebelum "terjadi apa-apa" dan saya akan menyesalinya seumur hidup saya.
Dan… sebelum evakuasi itu saya lakukan, maka saya harus mengkhatamkan buku-buku yang memang baru separuh saya baca, mengingat saya pengidap penunda pekerjaan akut. Jika saya hitung-hitung hanya 40 persen dari buku yang ada di kamar kos saya itu telah saya tamatkan. Selebihnya hanya beberapa bab saja, lalu ditinggalkan dengan berbagai alasan. Bahkan ada beberapa buku masih berbalut plastik, meski sudah setahun yang lalu menjadi penghubi rak buku di kamar kos saya. Dasar pemalas.

Dan tekad saya sudah bulat, mulai minggu ini saya harus menggiatkan memelototi ribuan aksara itu setiap ada waktu senggang, agar proses evakuasi itu berjalan properly.
Besides, saya juga sedang dalam sebuah "misi" yakni mengevakuasi buku-buku saya ke rumah orang tau saya, mengingat kost saya yang dulunya cukup homy kini telah berubah menjadi rawan bocor dan rawan banjir..yah, mau tak mau saya harus menyelamatkan benda-benda kesayangan saya terlebih dulu sebelum "terjadi apa-apa" dan saya akan menyesalinya seumur hidup saya.
Dan… sebelum evakuasi itu saya lakukan, maka saya harus mengkhatamkan buku-buku yang memang baru separuh saya baca, mengingat saya pengidap penunda pekerjaan akut. Jika saya hitung-hitung hanya 40 persen dari buku yang ada di kamar kos saya itu telah saya tamatkan. Selebihnya hanya beberapa bab saja, lalu ditinggalkan dengan berbagai alasan. Bahkan ada beberapa buku masih berbalut plastik, meski sudah setahun yang lalu menjadi penghubi rak buku di kamar kos saya. Dasar pemalas.

Dan tekad saya sudah bulat, mulai minggu ini saya harus menggiatkan memelototi ribuan aksara itu setiap ada waktu senggang, agar proses evakuasi itu berjalan properly.


Thursday, May 10, 2007


Apakah saya terjangkit Elektra Complex?

Entahlah. Belakangan saya merasakan kecenderungan aneh terjadi pada diri saya. Aneh? Ya. Sekarang saya akan lebih cepat "naksir" dengan pria yang berumur diatas 39 tahun.

Kenapa saya bilang aneh, mengingat pria-pria yang dekat dengan saya belakangan jauh berumur di bawah saya. Menurut saya mereka para pengidap Oedipus Complex..haha!

Entah kenapa belakangan saya merasakan bahwa para lelaki-lekai yang berusia antara 39-50 itu sangat lah menarik. Teman yang nyambung buat ngobrol, apalagi curhat, gak emosian, lebih bijaksana, dan sebagainya.

Kalo mau jujur, gejala ini sudah 3 tahun belakangan ini saya rasakan, cuma saya piker ini hanya perubahan cara berfikir atau memandang sesuatu saja. Sejak 3 tahun belakangan ini saya merasakan lebih cepat "klik" dengan lelaki di usia puber kedua ini. Lucunya lagi, saat saya berkenalan dengan pria yang saya tak tau umurnya, saya akan dengan mudahnya menebak umur mereka dari cara bertutur mereka.

Seorang sahabat pernah bilang: Saya trauma dengan masa lalu saya (mengingat mantan saya berumur lebih muda dari saya). Tapi saya piker-piker kok raanya penilaian teman saya itu salah sama sekali.

Menurut saya, alasannya adalah karena saat ini mata saya terbuka untuk tau bahwa lelaki-lelaki forty something itu emang lebih keren dan lebih seksi J . Liat aja Richard Gere, Bono, Sting, dan….okelah, saya bisa sebutkan contoh dari kalangan yang non selebritis, sebut saja Ahmady Meuraxa (huhuy..!), biar kata udah pada mulai tuwir, tapi mereka teteup charmed kan bow..??? :-p

Kata orang, mereka bisa terlihat begitu menarik karena pada usia itu mereka sedang mengalami masa perubahan fisik dan psikologis untuk memasuki tahapan baru dalam kehidupan mereka. Jadi sebenarnya boleh dibilang, pria-pria forty something itu sedang berada dalam masa krisis. Tapi mungkin itu juga yang membuat mereka terlihat lebih matang (dan lebih seksi! J )

Tapi satu hal yang mengganjal, dari hasil "temuan" saya, para pria in that period rata-rata sudah pada sold out (bwhahahaha…cian deh gw).Kalo pun ada yang masih avalaible biasanya mereka-mereka yang sudah married tapi sedang berada dalam krisis rumah tangga. Emang yang segituan ga ada yang single lagi? Ada sih..tapi biasanya alasan mereka untuk tetap being single sampe umur segituan (buat saya) lumayan "aneh" dan "nyeremin".

Ok. Lalu bagaimana saya bisa yakin jika saya tak terserang Elektra Complex? Ya, karena saya tidaklah terlalu dekat dengan ayah saya, bahkan jika ngobrol kami cenderung sering bertengkar, jadi mana mungkin saya mengidolakan beliau, bahkan mencari-cari figure yang mirip beliau?

Lalu apa dong? Itu yang sedang saya cari tau saat ini. Yang jelas, saya pernah mencoba membuktikan sesuatu.

Seminggu yang lalu saya "diundang" pada sebuah farewell party seorang ekspatriat dikantor saya. Farewell party sih biasa, yang ga biasa saat itu adalah, yang saya hadiri adalah special edition. Kenapa saya bilang special edition, karena pada versi yang satu ini, biasanya para tamu berasal daro organisasi lain, dan most of them are expatriates (dan kau bisa bayangkan acaranya seperti apa, bukan?)

Diantara tamu yang datang, saya berkenalan dengan beberapa pria, salah satunya seorang pria Jerman yang bekerja untuk organisasi yang concern di bidang politik. Arron, bukan nama sebenarnya , namanya. Wajahnya perpaduan Brendan Fraser dan Goerge Clooney. Rambutnya sedikit gondrong. Anaknya lumayan seru. Talkative. Ramah. Saya dan dia sempat ngobrol panjang tentang banyak hal. Dari hal yang serius sampe yang ga penting. Dia juga sempat mengajak melantai (saya tau dia tau banget, kalo saya paling ga suka hal yang satu ini, tapi dia cuma senyum-senyum aja sambil narik tangan saya). Well..not bad. Tapi..lha kok saya ga ngerasa ada chemistry apapun ya..Dia juga mengundang saya untuk hadir di partynya 2 hari kemudian, saya malah dengan ga sopannya maen nyeletuk aja " Sorry, I think I will be busy"..Wat a stupid and not nice answer..hehehe..

Biarpun begitu saya gak menyesal kok. Kita bahkan ga bertukar nomer henpon. Lucunya saya malah bertukar nomer henpon dengan bosnya yang kira-kira berumur 50-an.

Dasar ominizer! ooopss…




Saya tak suka musim hujan

Saya tak suka musim hujan. Tepatnya saya tak suka hujan. Meski kata ibu saya, hujan itu rezeki dan berkah, juga saat hujan turun adalah salah satu saat di mana setiap doa yang dipanjatkan saat itu diijabah. Tapi buat saya hujan tetaplah suatu hal yang menyebalkan.

Seorang teman pernah bilang bahwa ia malah "tergila-gila" pada hujan. Buat dia hujan adalah saat yang paling romantis, karena setelah hujan akan ada pelangi, lalu akan hadir bau tanah yang menyengat (bukannya bau lumpur, bu? dan becek yang bikin sepatu kesayangan kita jadi lembab dan kotor hehehe..). Seorang sahabat yang lainnya malah bilang, dia sangat suka jika sepanjang malam ada hujan, karena ia akan tertidur lebih nyenyak.

Buat saya, hujan itu romantis bagi orang yang sedang jatuh cinta. Bukan buat orang yang lagi patah hati kayak saya J.

Boro-boro hujan. Mendung saja sudah bikin saya kehilangan mood. Sedih. Gundah. Meski saya sedang tidak punya masalah ruwet, tapi saat awan hitam menutupi langit, atmosphere yang bbisa saya rasakan saat itu hanyalah muram. Tak ada yang lain.

Hujan juga buat saya penghambat segala rencana. Janji dengan seseorang bisa tertunda atau bahkan batal karena hujan. Sepatu yang baru disemir mengkilat takkan ada apa-apanya saat hujan. Belum lagi rencana hunting foto yang kerap tertunda karena hujan (selain bikin kamera kena air, hujan kan bikin warna langit jadi ga keren sama sekali, ya gak? ;) ). Belum lagi mati lampu yang sering mengiringi hujan turun. dan itu bisa berjam-jam, seperti tadi malam (dari jam 5 sore sampe jam 5 pagi). Dan yang lebih nyebelin, kalo ujan, ongkos becak jadi naik dua kali lipat.

Sahabat saya pernah mencoba menganalisis. Kata dia, mungkin saya punya trauma tentang hujan. Setelah saya pikir-pikir kok saya ga menemukan kejadian apa-apa yang menjadi penyebab ketidaksukaan saya pada hujan.

Yang saya ingat, waktu kecil, saat hujan turun, saya diwajibkan masuk ke dalam rumah. "Nanti kamu disambar petir," begitu alasan ibu saya saat itu. Tapi bukan berarti saya tak pernah menikmati saat-saat mandi hujan bersama anak-anak seusia saya, meski sesekali.

Yang bisa saya ingat juga, saat hujan jika ibu saya belum pulang kerja saat hujan mulai turun deras, perasaan saya akan menjadi sangat sedih, seolah-olah saya akan kehilangan ibu saya selamanya. Entah apa pemicu munculnya perasaan tersebut, sampai detik ini pun saya belum menemukan jawabannya.

tik.tik.tik.tik.
Suara air hujan jatuh membasahi atap, adalah suara yang paling ga ingin saya dengar.
Terlebih-lebih saat saya berada di lapangan dan berhari-hari tak bisa pulang kerumah.
Biasanya jika hujan mulai turun hal yang pertama saya lakukan adalah menelpon ke rumah (padahal di rumah juga belum tentu hujan J . Lalu menelpon ibu kos saya, meminta tolong agar sesekali "menjenguk" kamar kos saya, seraya menyertakan request tambahan: tolong selamatkan buku-buku dan laptop saya jika sesuatu terjadi. Maksud saya jika kamar kos saya kebanjiran lagi. Lagi?

Ya lagi. Beberapa bulan yang lalu saya pernah kebanjiran. Padahal hujan hanya turun selama 2 jam. Dan saya sedang tidak berada di lapangan melainkan di kantor.

Asumsi saya, karena hujan yang disertai angin itu hanya turun selama 2 jam, dan tidak ada tanda-tanda banjir di sekitar kantor, maka saya tenang-tenang saja. Sepulang kantor saya malah menyempatkan diri untuk ke kota dengan maksud makan malam.
Dan ketika saya pulang, taukah kau apa yang terjadi? saya mendapati kasur saya sudah terendam air nyaris setengahnya., rak buku dan buku-buku saya basah, compo saya terendam air, dan beberapa CD saya ikut terapung-apung. Perasaan saya saat itu benar-benar sulit dilukiskan. Karena tak ada yang menyangka ini terjadi. Bahkan ibu kos saya juga tidak.

Mereka bahkan semula tidak percaya waktu saya bilang kamar saya kebanjiran. Anehnya lagi beberapa tempat malah tidak basah sama sekali, yakni daerah yang berada tepat di bawah jendela, lubang angin dan pintu. Lalu dari mana air itu datang? Ternyata air itu datang dari lubang angin, sodara-sodara! Maksudnya tempias alias air yang dibawa oleh angin yang sangat kencang berhembus mengiringi hujan.

Lalu dengan perasaan kesal bercampur marah dan sedih, saya bongkar semua isi kamar, mengeringkan semua yang ada, kecuali kasur. Untung saya punya kasur cadangan, yang entah kenapa saya beli seminggu sebelumnya , seperti seolah ada firasat ini akan terjadi.

Hujan (masih) betul-betul sesuatu yang menakutkan (buat saya).

Wednesday, May 09, 2007

KeDunguan saya memilih Kado

Saya dungu. Ya, saya akui itu. Maksudnya untuk hal yang satu ini: memilih kado untuk orang lain.

Saya juga ga tau kenapa begitu. Genetik? Rasanya ga juga (hehehe..nyari kambing item nih critanya), saoalnya ibu saya boleh dibilang lumayan jago untuk urusan yang satu ini.

Lha saya..?

Ironisnya, saya lumayan sering mengingat ulang tahun teman-teman dekat, dan selalu diiringi dengan niat memberikan hadiah pas hari H. Tapi niat tulus itu, sayangnya tak difasilitasi dengan kecemerlangan otak atau kreativitas,even Cuma buat milih..cian deh gue..hehehe..

Eitss..tapi jangan salah, waktu SMU saya lumayan sering (maksudnya beberapa kali, nyobain bikin sendiri, kado-kado yang mau dikasi ke temen atau gebetan…huahahaha..Dan hasilnya tak satu gebetanpun sukses saya dekatin..Soalnya kado-kado buatan saya lebih sering diketawain karena "aneh". Misalnya saya pernah bikin notes dari kertas folio, tapi covernya dari kardus, dan perekatnya dari tali rafia, udah gitu covernya saya tuliskan nama sang calon pemilik pake butiran merica. Dianya sih seneng pas menerimanya, tapi besok-besoknya saya malah dijuluki juragan merica. Siyal!

Saya juga pernah menghadiahkan seorang kecengan (hi..there.. J ) sebatang coklat gede yang dibungkus kertas daur ulang dan ga pake lem sama sekali, karena cuma dililit pake tali rafia. Trus kartunya saya bikin dari potongan kardus. Saya masih inget, ekspresinya saat menerima kado dan kartu buatan saya…(tersipu-sipu *mode on *).

Kalo diinget-inget, rasanya saya ga terlalu dungu-dungu amat. Tapi lha kok makin kesini saya makin bingung saja jika saya diserahi tugas atau harus memilih kado untuk dihadiahkan pada teman atau kerabat. Sumpah. Saya bener-bener kalang kabut. Lalu menjadi dungu, karena pilihan-pilihan tolol saya. Tau gak, saya pernahd engan anehnya, malah membelikan sebuah pitcher dan beberapa gelas bergambar tokoh kartun untuk hadiah perkawinan teman. Waduhh…Lalu saya juga pernah membelikan sebuah vas kayu untuk salah seorang expatriate yang end of mission, dan akhirnya vas itu dikasi ke maid di residentnya. Siyal.

Suatu saat saya juga pernah menghadiahkan sepasang pigura (yang menurut saya) lucu, tapi begitu saya minta pendapat ibu saya, ia malah speechless dgn air muka yang sulit saya lukiskan. fiuuh…

Sejak saat itu, saya lebih suka memilih jalan aman: memberi coklat atau tidak memberi apapun.

Aduhh..ada yang bisa kasi saran ga, atau mungkin kursus singkat gimana caranya memilih kado yang baik dan benar.

ps. eh, percaya gak, saking ga pedenya saya malah ga pernah ngasi pacar saya kado :-). takut salah…




Thursday, May 03, 2007

Outbounding activity?? Tidakkk……

Begitulah kira-kira jawaban spontan saya saat ini ada yang dengan senang hati mengajak saya melakukan kegiatan alam bebas.

Anehkah ini? Buat saya ini cukup aneh. Mengingat dulu saya adalah penggila kegiatan beginian. Sebutlah kemping meski nginepnya di tenda dan kehujanan, rasanya saya ga pernah kapok melakukannya. Arung Jeram juga. Saya malah sangat tergila-gila pada olah raga yang satu ini, meski saya ga bisa berenang. Kecuali naek gunung. Alasannya Cuma satu: saya takut ketinggian (tersipu-sipu malu*mode on*).

Tapi biar begitu saya selalu antusias untuk jenis kegiatan begini. Menyusuri hutan, mandi lumpur, bukanlah hal yang menyiksa buat saya. Saya bahkan sangat menikmati semua itu.

Namun sejak saya pindah ke kantor yang
ini, dan pindah ke departemen saya yang sekarang, keinginan saya untuk melakukan perjalanan dan petualangan-petualangan itu lagi perlahan sirna. Mungkin penyebabnya, karena pekerjaan saya ini memang bisa dibilang 80 persennya adalah outbonding activities. Bayangkan saja, bisa dibilang hampir tiap minggu saya keluar masuk hutan, bukit dan daerah-daerah pedalaman. Menempuh 1 aau 2 jam perjalanan dengan jalan kaki keluar masuk hutan, bukanlah suatu istimewa.

Dua bulan yang lalu saya bahkan tersesat selama 2 jam dalam gunung dan rimba yang bisa dibilang jarang dilintasi orang. Untungnya saya tak sendiri. Ada 2 bule dan seorang teman mantan anak PA yang ikut bersama saya. Itu bukanlah bagian terberat, karena bagian terberatnya adalah saat musti menyeberang sungai yang airnya sangat deras dan hanya berjembatankan seutas ranting pohon dengan ketinggian 60 derajat. Saking paniknya, saya sudah memutuskan untuk berhenti di situ, dan mempersilahkan anggota tim yang lain untuk melanjutkan perjalanan. Enatah terlatih bagaimana, para lelaki itu berhasil meluluhkan kekerasan hati saya dan berhasil membujuk saya untuk menyebrang sungai itu dengan jembatan ranting pohon itu. Dan taukah kau, bahwa salah seorang dari mereka sudah siap-siap menyambut saya (yang tak pandai berenang ini) di dalam air. Akhirnya berbekal kenekatan dan kepasrahan saya putuskan untuk menyusuri jembatan itu dengan kaki dan tangan saya. Dan alhamdulillah saya tiba di seberang dengan selamat. Semua pun bertepuk tangan dan menyalami saya. Huh…sebuah pengalaman menakjubkan sekaligus memalukan..hihihi..

Paling beruntung adalah jika bisa menempuh perjalanan dengan motor sewaan. Meski jantung dan adrenalin akan berpacu tiada henti, karena jalur yang bisa dilewati hanyalah selebar ban motor (yang dirantai, saking licinnya jalur yang harus di tempuh), selebihnya adalah jurang. Alhamdulillah dari sekian perjalanan itu tak sekalipun kecelakaan saya alami. Subhanallah.

Tapi tak urung semuanya membuat saya “jenuh” dan muak dengan aktivitas sejenis. Cukup saat bekerja saya harus bergelut dengan semua itu. Peduli amat, mau dibilang suasana pegunungan itu seger, bagus banget buat kesehatan dan paru-paru atau apalah. Buat saya saat ini suasana hiruk pikuk kota besar adalah hal yang paling saya tunggu. Dasar ndeso.. :-)



Heyyyy…I am not desperately seeking for the partner

Setelah perenungan dan percakapan baik dengan diri sendiri maupun dengan beberapa sahabat tentang keinginan menikah (atau cuma punya pacar), suka duka dan konsekuensi yang harus ditanggung, maka saya menyimpulkan bahwa saya tidaklah sedang desperately untuk menikah (lagi).

Mengingat bahwa saya adalah pembosan akut, pemalas berat, dan ga pernah bisa diatur. Belum lagi saya terlahir dengan gen “ceroboh dan sangat grasak-grusuk” yang sangat kuat (makasih ya Yah.. J), maka saya pikir mungkin ini memang best periodnya saya *halah*.

Saya hanya butuh teman mengobrol yang sejiwa, teman diskusi yang enak, netral (emangnya Palang Merah??) dan tidak tendensius (thanks a lot ya Aulia..). Sebelum pindah ke kota ini, saya punya beberapa sahabat yang bisa mengakomodir “kebutuhan” saya ini. Sebut saja bang romy, ayuk, said, kak chia, kak anggie dan masih banyak lagi. Belum lagi teman-teman yang siap 24 jam menerima telpon dari saya. Betapa beruntungnya saya saat itu.

Namun sejak kepindahan saya ke kota petro dollar ini 2 tahun yang lalu, semuanya perlahan-lahan sirna. Jarak memanglah sangat ampuh untuk merenggangkan segalanya (Damn Long Distance Relationship!). Meski saya masih sering berkontak dengan mereka via telpon, akan tetapi tetap saja saya butuh kedekatan secara fisik. Yah gimanapun ngobrol tuh kan enaknya face to face, mata ketemu mata, apalagi bisa saling jitak..hehehe..

Setelah bertualang setahun lebih untuk mendapatkan teman sejiwa di kota ini, akhirnya saya memutuskan untuk menghentikan petualangan saya. Karena semua memang sia-sia. Bukannya saya tak berhasil mendapatkan teman ngobrol yang asik, tapi mencari teman yang tulus dan tak punya tendensi apapun di balik segala kebaikannya itu yang sulit. Terlebih-lebih jika ia tak satu jenis kelamin denganmu.

Hal itu juga yang kerap saya temui di sini. Baik sih baik, asik sih asik..tapi hidden missionnya itu makkk…ga tahan…hehehe..(kecuali Mainalnya si Aulia..cuit..cuit..)

Maka saya pun menetapkan hati untuk menghentikan perburuan teman ini, dan “memasrahkan” hati dan diri pada apa yang ada di depan mata. Yah, setidaknya itu membuat “beban” saya menjadi lebih ringan.

Dan akhirnya Tuhan menjawab dan mengabulkan doa saya. Beberapa bulan yang lalu saya dikirimi tuhan dua mahluk aneh bin ajaib. Teman kantor tapi asik juga kok diajak jalan dan “diajak gila”. Dua mahluk aneh tapi juga kerap menjadi guru buat saya dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Sejak saat itu, hidup saya tak lagi sepi.

Dan saya sudah berani bilang: Heyy.. I am not desperately seeking for a partner..being single is a great fun J !!!


Wednesday, May 02, 2007

EX Smoker

Itulah julukan saya saat ini (meski ga sepenuhnya eks juga, soalnya saya masih suka nyuri-nyuri rokoknya Indra atau si Arief..hihihi)

Sebenarnya saya juga bukan a heavy smoker, karena saya tak begitu tergantung sama benda yang satu ini. Saya hanya membutuhkannya pada saat tertentu (baca: menjelang deadline, saat stres, atau grogi). Tapi biasanya saya selalu punya stok di tas. Menthol favorit saya(Marlboro dan LA Lights). Sensasi mintnya saya suka. Namun pada akhirnya saya harus rela mengganti Menthol taste dengan rokok putih biasa, mengingat saya menjadi lebih gampang pilek sehabis merokok.

Namun ternyata, pilek saya tak kunjung sembuh, meski saya bolak balik mengkonsumsi
obat anti alergi. Dan penyebabnya ternyata (menurut dokter langganan saya) : kebiasaan merokok saya. Artinya saya harus menghentikan kebiasaan merokok saya sama sekali jika ingin alergi dan sinusitis saya (yang ga bakal sembuh itu) tak gampang kambuh. Siyal.

Akhirnya berbekal tekad yang kuat (bukan apa-apa, saya capek banget minum obat yang bikin saya ngantuk setengah mati setelah itu), maka saya putuskan untuk berhenti merokok plus jogging. What??? Jogging??? Yeaah..babe..jogging, saya melakukan jogging atas saran seorang teman, agar kondisi saya lumayan fit, dan resiko kekambuhan sinus saya semakin berkurang. Benar saja, setelah 6 bulan jogging kayak orang gila (sendirian, muter-muter pendopo tiap sore), saya merasa badan saya enakan dan jarang pilek. Dann..percaya gak, saya gak bisa merasakan sensasi yang sama yang dulu saya rasakan saat saya merokok sebelum “ritual jogging” ini saya lakoni. Hisapan pertama saja saya sudah nyaris batuk, lalu hisapan kedua kepala saya langsung pusing. Kata salah seorang teman, itu karena paru-paru saya sudah bersih. Saat itu saya pikir, saya sudah musuhan dengan rokok

Namun ini tak berlangsung lama. Sejak pindah kerja ke Lhokseumawe, sebuah kota kecil nan jauh dari hiruk pikuk kota besar, saya jadi tergoda merokok lagi. Hal ini bermula dari tekanan kerja dan “kebingungan” saya dalam beradaptasi dengan kota yang buat saya (pada awalnya)“ asing dan ga ramah banget”. Di tambah lagi, dengan merokok saya merasa punya senjata melawan “ kemapanan” disini. Kemapanan di sini maksud saya, anggapan orang-orang di sini bahwa yang ngerokok itu perempuan ga bener. Aneh. Padahal nenek saya juga ngerokok, tapi ga pernah di cap ga bener. Selain itu saya juga semakin sering merokok dan jumlah batang rokok yang saya habiskan juga akan lebih banyak jika saya sedang berada di takengon (untuk mengusir dingin yang menyergap, saya kerap merokok dengan hisapan yang dalam dan merokok nonstop kayak kereta api J )

Tak lama sinusitis saya pun kembali kambuh. Dokter THT saya yang baru ini pun memberi petuah serupa dengan dokter THT saya yang terdahulu: Berhenti merokok kalo mau baikan. Siyal.

Akhirnya dengan berat hati saya memutuskan untuk (kembali) merokok. Meski lumayan berat, karena godaanya guedee banget. Dari mulai rokok gratis, sampe musim ujan yang bikin udara jadi dingin banget.

Meski bukan perokok berat, lagi-lagi harus saya akui bahwa perjuangan saya (mungkin) tak kalah berat dibanding dengan the heavy smoker (sok tau *mode on*). Maka berbagai cara saya coba untuk mencari pengganti rokok yang bisa memberi sensasi yang kurang lebih sama.

Hampir setahun lamanya, akhirnya saya menemukan bahwa COKLAT juga bisa ngilangin grogi bahkan stres saya. Sudah 3-4 bulan ini saya membuktikannya. Menurut pengalaman saya, sensasi yang ditimbulkan oleh si seksi ini hebat banget. Bayangin aja, sepulang dari lapangan yang melelahkan dan (kadang bikin sebal dan stres), semuanya bisa “baik-baik” saja dengan sepotong coklat. Biarpun udah jam 4 sore, namun makan siang belum jelas juga J.Begitu juga, saat saya grogi menanti saat menghadap si bos (entah kenapa sampai detik ini saya masih tetap grogi saat akan berhadapan dengan si bos :-D), maka cukup dengan mengunyah sepotong coklata, maka semuanya akan baik-baik saja. Ahh..akhirnya saya bisa juga menemukan pengganti sahabat saya terdahulu ..
BERDUKA

Saat ini saya sedang berduka atas “wafatnya” majalah kesayangan saya SNAP dan Komputeraktif.

Dua majalah yang “terlambat” saya akrabi. Dua majalah yang turut membantu saya berproses “memperbaiki otak”.

Saya yang gaptek dan ga pedulian pada hal yang berbau ke IT-IT an, jadi aware IT sejak mengenal dan mengakrabi Komputeraktif. Sebenarnya sih kalau mu jujur, saya sudah mengenal Komputeraktif (Majalah dan websitenya), sudah saya kenal sejak 2004, tapi dasar saya si pemalas, maka saya tak begitu berminat pada hal-hal selain yang ringan, misalnya topik tentang HP terbaru, atau rubrik Langkah-langkah. Alasan saya menggemari topik ini juga tak lain dan tak bukan karena sangat membantu pekerjaan saya saat itu.

Saya mulai mengenal majalah ini secara dekat (baca: membaca seluruh halaman per halaman dan menaruh perhatian pada setiap topik yang disajikan ) plus ga segan-segan membeli bahkan “memburu” setiap edisi terbarunya sejak saya tinggal di kota ini. Kehausan akan bahan bacaan mengingat kota ini “rada jauh dari peradaban” dan rada terisolir (7 jam dari medan, booww…), sehingga toko-toko buku yang ada di sini pun hanya berupa toko buku tradisional (baca: Cuma jualan buku-buku pelajaran dan agama doang) semakin menjadi-jadi. Maka jadilah saya unofficial pelanggan setianya Komputerakif.

Sedangkan SNAP saya kenal secara tak sengaja, saat menemani seorang teman yang fotografer juga sedang berburu majalah di sebuah toko buku di Banda Aceh, setahun yang lalu. Semula saya tak ambil pusing, secara covernya yang (menurut saya ) biasa aja saat itu, juga fotografi bukanlah topik yang menarik lagi bagi saya, mengingat saya tak lagi punya peralatan fotografi apapun. Tak lama saya pulang ke Langsa, dan melakukan ritual wajib tiap wiken : jalan-jalan ke toko buku bersama bidadari kecil saya, dan saya menemukan SNAP yang saya pernah lihat di Banda, maka iseng saya belilah majalah itu. Kalo ga salah edisi ke 3 waktu itu. Karena saya banyak melakukan perjalanan jauh, dan saya lebih suka menghabiskan waktu di mobil dengan membaca ketimbang mengobrol, maka dalam waktu sekejap SNAP “edisi perkenalan” itu habis saya lalap.

Entah kenapa saya menemukan “sesuatu yang hilang” di sana. Sesuatu yang dulu kerap saya dapatkan di FOTOMEDIA, sebuah majalah fotografi juga, yang lambat laun berubah menjadi “asing”. Menemukan SNAP buat saya seperti menemukan kekasih lama yang bertahun-tahun menghilang tak jelas kemana rimbanya (hiperbolis*mode on*)…

Sejak saat itu juga saya kerap melakukan perburuan saya dimanapun saya bertugas (ga peduli di takengon, lhokseumawe, banda aceh dan langsa sekalipun), meski saya tau harapan saya itu akan lebih sering berakhir kecewa, karena buat saya SNAP punya jadwal terbit yang agak unik. Tapi demi cinta saya SNAP, saya rela melakukan apapun *halah*.

Tapi ternyata bulan madu saya dengan SNAP tak berumur panjang, saat saya membuka sebuah email dari ayofoto.com, yang menyatakan bahwa SNAP tak berumur panjang. Goshh..tak terbayang perasaan saya saat itu. Dongkol. Kesal. Sedih. Nyampur. Persis perasaan di saat saya putus dengan mantan saya (hiperbolis *mode on*)

Maka saat SNAP ngeluarin edisi Photo Techniques, saya buru-buru beli meski harganya luamanyan muahal (tapi isinya keren kok..)

Yah…nothing last forever..saya mesti merelakan kepergian dua sahabat saya itu, seraya berharap akan ada pengganti mereka di hari-hari mendatang, meski dengan nama yang berbeda. Selamat jalan "kawan"…

Wednesday, April 25, 2007


Mantan Coffeholic

mungkin itu julukan saya harus saya terima sekarang. kenapa bisa? karena saya yang emang suka banget sama minuman yang bernama kopi ini, saat ini memang hanya bisa menelan air liur saat menatap secangkir kopi yang mengepul di atas meja. tidaaakkk….

saya kenal kopi sejak duduk di kelas I Sekolah Dasar. Kok bisa? Bisa, karena sebagai anak cewe satu-satunya yang lumayan kompak sama bokap (waktu kecil..sekarang sih kagak..), dan bokap juga coffeholic. Ceritanya kalo mo berangkat ngantor bokap suka ga ngabisin kopinya, semula sih saya iseng nyobain..eh lama-lama bokap bilang: ya udah abisin aja. Sejak saat itulah, seperti ada komitmen tak tertulis antara saya dan bokap bahwa setiap cangkir kopinya bokap, saya punya jatah di situ..hihihi..

Itu berlangsung sampe saya duduk di kelas 3 SMU. Karena pas kuliah saya pindah ke Medan. Tapi di Medan bukan berarti saya ga ngopi. Meski tak begitu sering, tapi biasanya dalam sehari saya pasti minum secangkir kopi. Biar ga ngantuk kalo ada kuliah pagi. Begitu alasanku saat itu.

Dan frekuensi minum kopi saya semakin meningkat sejak menyambi kerja sebagai reporter. Terutama saat deadline menjelang. Kadang pake ngerokok pula. Kata anak-anak kampus ngeliat kelakuan saya: Abang-abang kali, bah..! J

Kebiasaan ini semakin menjadi saat saya sudah wisuda. Tapi saya mencoba menguranginya dengan emngganti kopi hitam dengan capucinno atau dikasi krimer. Tapi ternyata ga lama. Karena saya balik pada kebiasaan lama yakni minum black coffee. Makin menjadi sejak saya hamil. Waktu hamil, selain minum kopi, saya juga mengunyah bubuk kopi. Kebayang kan. Setelah ditakut-takutin anakku jadi item dan bodoh karena emaknya kebanyakan ngopi, maka saya kurangi kebiasaanku itu. Eiitts.. tapi maksudnya bukan berarti saya berhenti menyentuh kopi lho..saya Cuma mengurangi kebiasaan minum kopi. Sehari satu cangkir, urusan mengunyah bubuk kopi jalan terussss…

Alhamdulillah, anak saya lahir berkulit putih dan bersih, serta tidak ada tanda-tanda kelainan pada kecerdasannya. Dan kebiasaan mengunyah bubuk kopi dan minum kopi pun tetap saya lanjutkan.

Tapi sejak hamper setahun lalu saya divonis bermasalah dengan lambung, sejak saat itu saya benar-benar menjaga kuantitas kopi yang saya minum. Kadang saya berusaha tak minum sama sekali. Karena jika saya masih rutin minum kopi maka keluhan yang paling sering saya alami adalah mual dan muntah-muntah. Ini sangat menganggu jika saya sedang berada di lapangan. Apalagi saat bertugas di Takengon yang rute jalannya seperti uler melingker di pager pak umer. Ironisnya, Takengon adalah salah satu daerah penghasil kopi terbaik di negeri ini, sementara saya harus puasa ngopi selama bertugas di sana (lebih setahun saya bertugas di sana). Padahal, setiap bertandang ke rumah penduduk, maka minuman yang akan disuguhkan adalah kopi. Dan saya harus selalu dengan tak enak hati memohon agar minuman saya diganti dengan air putih atau teh manis saja.

Begitulah nasib saya: mantan coffeholic, yang cuma bisa mengunyah bubuk kopi

Desperately seeking for a partner?

Beberapa bulan ini selain musim kemarau, ada satu musim yang sedang melanda yakni : musim (pengen ) cepet-cepet nikah.

Kenapa coba saya bilang begitu?

Seorang teman beberapa waktu yang lalu sempat bercerita bahwa saat ini dirinya dalam kondisi desperately pengen kawin..eh nikah. Tapi sayangnya sang pasangan tampaknya tak punya (atau belum punya) keinginan serupa.

Seorang sahabat lainnya juga berkisah bahwa ia juga sedang kepengen "kepengen cepet-cepet" alias sesegera mungkin pengen berumah tangga. Hmmm. Buat saya, kasus yang terakhir menarik dan aneh. Kenapa menarik dan aneh? Sebagai perempuan yang (di mata siapa saja) selama ini tak begitu mempersoalkan umur berapa menikah, meski lingkungan sekitar udah teriak-teriak dan selalu dating dengan pertanyaan yang sama : Kok belum sih? Tunggu apa lagi? Dan selama ini di mata saya ia adalah as a good life enjoyer. Trus kenapa tiba-tiba dia berubah menjadi seperti ini? Apalagi keinginan itu datang di saat ia sedang "kosong". Apa sih yang dia bayangkan tentang sebuah pernikahan itu? Begitulah yang ada dalam benak saya saat itu.

Saking penasarannya saya terus mencoba mencari tau apa sebenarnya yang melatarbelakangi perubahan pikiran sahabat saya ini untuk punya niat menikah segera. Hasil temuan saya : selain ga kuat (menurut dia sih ga ngaruh.masa sih?.. J) akan cercaan lingkungan yang menuntut perempuan seusia (adahal masih 25 lho..) dan semandiri dia (baca: udah punya pekerjaan tetap), tapi penyakit yang ia derita saat ini juga kerap bikin dia was-was dan bikin dia pengen segera punya momongan. Alasan yang aneh (menurut saya lho..)

Beberapa minggu lalu, salah seorang adik saya juga ngomong ke ibu saya kalau dia sudah ingin menikah.

What???

Saat ibu saya mengungkapkan hal ini ke saya (secara beliau yang jarang curhat ke saya, maka saya anggap ini keinginan serius), maka reaksi pertama yang saya berikan mendengar cerita ibu saya.

Saya yakin bin percaya, melihat dan mendengar reaksi pertama saya saja, ibu sudah males banget nerusin curhatnya. Apalagi saya kemudian menyambung: Masih kecil udah minta kawin? hihihi…(padahal adik saya sudah 26 tahun lho).
Ya mungkin saya kaget aja dan tiba-tiba saya sadar bahwa adik saya sudah semakin gede dan saya semakin tuwir. Tapi tentu saja dengan tak kalah sinisnya (bukan saya namanya kalo gak sinis.. J) saya juga menambahi statement saya tadi dengan kalimat, "Kerjaan aja belum tetap (baca: belum jadi PNS tetap) udah minta kawin, ntar malah nyusahin lagi. Suruh dia piker-pikir dulu, mak" ujar saya dengan cueknya.

Alasan lain yang bikin saya heran bin takjub atas keinginannya itu adalah adik saya ini sejak dulu diantara 4 bersaudara, hanya dia yang terkenal lumayan suka gonta ganti pacar. Diantara 3 adik saya yang notabene laki semua, maka dialah yang paling laku J. Dan buat saya selama ini dia sangat menikmati semua ini. Terus kenapa dia tiba-tiba aja punya niat menikah? Apalagi saat ini dia lagi ga punya pacar? Memangnya dia pikir menikah itu enak? Begitu juga hal yang terlintas di otak saya saat itu.

Dan taukah kamu, belakangan saya merasa seperti mendapat karma. Kenapa saya bilang karma?Karena apa yang selama ini saya pertanyakan tentang keinginan-keinginan menikah yang tiba-tiba itu, yang menurut saya merupakan sebuah tindakan gegabah dan konyol, ternyata muncul juga dalam otak saya sudah sebulan ini. Tapi saya juga sadar bahwa keinginan saya itu bukanlah sesuatu yang realistis mengingat pacar saya belum tentu mau. hiks.

Dan ini bukan sepenuhnya kesalahan pacar saya. Karena beberapa bulan yang lalu ia juga sudah mengajukan proposal untuk menikah, tapi tau tidak..saat itu jawaban yang keluar dari mulut saya adalah "ntar aja deh. aku butuh waktu. aku belum siap nih..". Nah lho.


Kalo boleh saya beralasan, keinginan itu datang seiring dengan kondisi mental dan psikis saya yang belakangan cenderung memburuk. Di tengah rasa ketidakberdayaan saya dan kebutuhan akan teman berbagi akan segala persoalan yang saya hadapi, tiba-tiba saya merasa pernikahan (sejauh ini) tampaknya bias jadi solusi yang cukup baik untuk semua kegelisahan saya itu. Satu hal yang dari dulu selalu saya sangkal dan tolak mentah-mentah.

Selain itu, anehnya lagi, belakangan saya juga kerap menyelipkan kenginan dan permohonan ini dalam doa-doa saya sehabis sholat. Hal yang sebelumnya ga pernah saya sertakan dalam doa saya. Gosh. Kayaknya saya bener-bener ikutan desperate yak..






Tight Money Policy..

Kebijakan ini yang sedang saya terapkan dalam pengelolaan keuangan saya beberapa bulan ini. Periode pra dan pasca membelian kamera saya, adalah masa-masa yang "lumayan sulit" dalam 2 tahun belakangan ini.

Saya harus mengatur seluruh pengeluaran saya, menekan segala post-post yang ga penting, seperti membeli baju, jalan-jalan dan makana-makan bersama bidadari kecil saya dan berbagai kegiatan kesenangan saya. Semuanya demi pacar baru saya ini.

Alhamdulillah akhir January lalu saya berhasil meminang dan memilikinya
Tapi sejak saat itu saya menjadi bokek bueraatt..karena tabungan saya nyaris tak bersisa, secara saya bukan penabung yang baik. Sampai-sampai berbagai evaluasi keuangan (*halah*) sudah saya lakukan. Tapi penemuan-penemuan dan kesimpulan yang saya dapatkan tak dapat memuaskan saya.

Karena mengingat masa kerja saya di sini sudah menginjak bulan ke 24, namun tabungan saya masih segitu-gitu juga. Padahal, gaji saya 4 kali pendapatan di tempat sebelumnya. Harusnya ini membuat saya setidaknya bias menyimpan minimal setengah gaji saya tiap bulan. Tapia pa kenyataannya sekarang?Setelah membeli kamera saya tabungan saya hanya bersisa 2 juta..hah???

Akhirnya saya membuat list daftar dosa saya selama ini. Dan ternyata kesalahan-kesalahan terbesar saya aadalah sebagai berikut:

1. Tak pernah memprioritaskan menabung setelah gaji diterima. Selama ini menabung adalah sebuah kegiatan jika ada uang sisa yang tak habis dibelanjakan.

2. Saya terlalu gampang tergoda membeli barang-barang yang tidak saya butuhkan, karena harganya miring. Akibatnya kamar kos saya yang mungil nan sempit itu dipenuhi oleh barang-barang ga penting, yang bikin nyusahin saat mau beres-beres, secara saya yang paling ga bisa ngatur printilan begituan.

3. Saya juga masih gampang tergoda buat ngikutin keinginan ketimbang memprioritaskan kebuthan. Alias ga bias ngebedain mana keinginan, mana kebutuhan.

4. Saya masih suka melampiaskan stress saya dengan nongkrong di tempat-tempat yang lumayan menguras dompet. Padahal sepulang dari situ, saya bakalan lebih stress juga soalnya tanpa disadari saya sudah menghabiskan budget untuk minggu depan.

5. Dan ternyata hal yang paling berpengaruh itu adalah biaya telpon dan biaya" liburan" saya. Yah, ini memang harga yang harus dibayar sepanjang saya masih terdaftar sebagai member of Long Distance Relationship (LTDR) Club. Tsah.


Namun kalo saya piker-piker lagi, rasanya saya bisa dibilang cermat, mengingat sejauh iini pengeluaran paling besar saya adalah biaya LTDR saya dan malaikat kecil saya. Juga berbagai persiapan untuk sekolahnya (huhh..justifikasi..hehehe). Karena diantara rekan-rekan sejawat saya, mungkin saya termasuk yang unfashionable, jarang beli baju, dekil dan keliatan kere (hihihi..). Beberapa rekan sejawat bahkan menghabiskan nyaris sejuta buat perawatan wajah doang..fiiuuhh.. jumlah yang cukup besar mengingat profesi kami bukanlah model (hi..there  ). Mereka juga sangat up to date soal fashion. Punya tongkrongan pula. Lha saya..? udah keliatan dekil, tongkrongan cuma sepeda (itu juga udah kejual minggu lalu..hihihi). Lalu kemana "larinya" uang saya. Yah..seperti saya sudah jelaskan di atas, saya kan single parent, otomatis segala biaya anak saya dan saya semua di bawah budget saya. Jadi ga heran kalo saya ga "keliatan gaya" seperti rekan-rekan saya. Dan lagi, jangan lupa….saya kan punya pacar baru dan perpustakaan kecil yang nilainya lebih berharga (setidaknya buat saya) daripada baju-baju dan sepatu trendi.

Kesimpulannya, memang pengeluaran saya cukup besar, dan pundi-pundi tabungan saya jarang penuh, tapi saya punya sesuatu yang tak dimiliki mereka yang berkilau. Tugas saya saat ini adalah terus memperbaiki dan meminimalisir daftar kesalahan-kesalahan saya dalam keuangan. Dan tak lupa berbagi dengan mereka yang tak mampu. Mungkin itu salah satu cara yang terbaik hasil temuan saya saat ini. Any suggestion?
Kak, kenapa sih tulisanmu (di blog, red) semuanya berisi keluhan?

Dengan nada kaget, aku spontan menjawab,

" masa sih??"

Iya.


Kok tau sih? tanya saya dengan tampang ogeb


Ya taulah..Kan aku selalu baca postinganmu di FS


Hmm… gumam saya sambil garuk-garuk kepala


Lalu dengan kadar ke ogeban yang tak kunjug berkurang, saya masih bertanya

Menurutmu begitu?


Ya iyalah, jawabnya dengan sewot.

Mendapat notifikasi dari blog mu itu, aku langsung berpikir " kali ini keluhanmu soal apalagi?"

Hah..??? really? tanya saya lagi

Ya iyalah..

Ada apa sih kak..?

Aku bilang: tak ada apa-apa. hanya saja aku memang sedang tak tau dan dalam proses mencari definisi bahagia.

Ah kau kak..semua kan dimulai dari diri kita

(Ngomong sih enak..) timpal saya..dalam hati tentu saja

Contohnya aku. Setiap bangun pagi aku selalu berdoa pada tuhan: Tuhan, hari ini aku ingin bersenang-senang. Maka happylah seharian itu diriku, lanjutnya sambil terus berceloteh.

Segampang itu?

Ya iyalah…

Oke. Tapi menyoal tulisan-tulisanku di blog, tak semuanya dibuat sebagai bentuk lain dari mengeluh. Hanya memang aku lebih gampang menulis dari hal yang mengganjel di hati. Karena buatku menulis adalah bentuk lain dari mengobrol, secara aku disini tak punya teman ngobrol yang sejiwa, jawab saya menjustifikasi.

Iya sih..tapi kau lihatlah lagi isi blogmu. Semuanya bernada mengeluh. Ayolah kak..hidup ini tergantung kita memandang dan menjalaninya seperti apa.


Oke lah dek.. baiklah. Aku akan berusaha sedikit-demi sedikit. Makasih ya.


Itulah sekelumit percakapan via telpon dengan seorang junior yang masih keep in touch dengan saya meski kami sudah terpisah ratusan kilometer..Sebenarnya percakapan ini sudah lumayan lama. Sekitar 2 bulan yang lalu. Dan entah kenapa beberapa minggu ini saya menemukan bahwa semuanya memang harus dimulai dari awal yang baik. Mengikuti saran junior saya itu, sejak beberapa minggu lalu saya berusaha memulai hari saya dengan sebaris doa agar saya diberkahi energi positip dalam memulai hari saya. Bahkan sejak Isya. Lalu Subuh. Efeknya, selain saya jadi lebih rajin sholat subuh "sebelumnya jarang banget", hari-hari dan pikiran saya menjadi lebih tenang.

PS. thanks dear, for the inspiring conversation. love u, sistah..

Tuesday, April 24, 2007














































Motret Panen


Akhirnya obsesi saya memotret musim panen tercapai juga. berbekal seorang bodyguard (baca: yang ga pantes dijadikan bodyguard saking kurus dan dekilnya, dan punya hidden mission;ikutan motret) alhamdulillah semua terlaksana dengan (lumayan) lancar. meski pake acara mengaku sebagai "anak kuliahan" yang sedang on assignment, plus berbasa-basa dengan para ibu-ibu dan bapak-bapak petani.

Cuaca panas (ada kali 40 derajat Celcius), "sesi pemotretan" itu berlangsung agak terburu-buru.
Setelah menghabiskan kurang lebih 90-an menit di tengah pematang sawah, maka "lahirlah" foto-foto di atas














bukan bermaksud mellow, hanya sedang mencoba "menikmati" remah-remah rasa yang tersisa setelah farewell pagi ini.

Yah..bos ke-6 ku pun telah pergi. Dalam 2 tahun aku sudah punya 6 bos..Dan anehnya dari 6 bos-bos itu, hanya 2 yang impressed me a lot. Dan anehnya dua-duanya adalah lelaki.
Dan konon kabarnya setelah ini aku akan punya lebih banyak bos...

Yeah...hidup polyvalent!

Tuesday, April 17, 2007

tes
kata orang, salah satu cara menghilangkan kebosanan adalah dengan merubah rutinitas.
yah..setelah berminggu-minggu berusaha keras menahan diri untuk tidak ke internet khusus cuma buat update blog, untuk tidak ke internet, cuma buat browsing berjam-jam, maka malam ini I am breaking the habit.

Yeah..at least, boosting my energy for the training tomorrow..

Dan mengikuti kepenasaranku soal CSS dan RSS atau FSS atau apalagi yak..(garuk-garukk kepala*mode on*)

Thursday, February 08, 2007

Ini hunting photo pertama bersama "pacar baru". Hanya 10 menit saja. Meski proses keseluruhan membutuhkan waktu 25 menit (pura-pura menjadi pembeli, plus pendekatan kepada penjual, preman dan menanggapi orang-orang yang "maksa" buat difoto). Jadilah foto ini. Selamat Menikmati.

Saturday, February 03, 2007

tumpul. buntu.
tapi syeneng..soale pc bututku udah bisa diajak kompromi.

sebel.
karena aku masih gaptek.
masih belum kenal sama "pacar baruku"

fiuhh...

Wednesday, January 17, 2007

Punya blog lebih dari satu??

hhmm.. kedengarannya kok ngerepotin dan seperti kurang kerjaan

Kurang kerjaan?
iya juga kali..sejak kepergian si bos buat ketemu kelarganya di negeri antah berantah itu, sudah seminggu ini aku dikantor menghabiskan office day, bantuin anak-anak bikin agro voucher. eh tapi biar judulnya bantuin tetep aja kerap bikin aku susah nafas alias seperti dikejar pekerjaan yang tak kunjung abis..(atau akunya aja kali ya yang lelet)

Ngerepotin?
Sedikit… tapi bikin puas kok. Maksudnya mengutak atik hal-hal yang berbau IT yang dulu bikin aku alergi berat, ternyata nyenengin juga lho..

Alasan lainnya adalah cuma biar punya alesan buat sering-sering nulis. Menulis? iya..menulis, suatu hal yang perlahan kian menghilang dari dalam diri..(*halah!*) disadari atau tidak (selain kritisme yang dulunya 2terpalsa" aku pelihara karena profesi dan lingkungan.) Kritisme yang sekarang seringditanggapi sebagai tak lebih dari sebuah sinisme oleh lingkunganku saat ini.

Kritisme dan (juga ) sinisme yang lagi-lagi harus tereduksi oleh lingkungan yang kemudian melahirkan sebuah sikap pemakluman yang bermuara kepada apatisme belaka.

Ah sudahlah..kok malah jadi sok ilmiah :-)

Nikmati saja semuanya, karena melawan arus bukanlah hal yang mudah. Dan energiku sudah tak cukup lagi untuk melakukannya.

Monday, January 15, 2007

Flickr

This is a test post from flickr, a fancy photo sharing thing.

foto ini...
akhirnya...bisa diupload ke blog ini..setelah 2 jam nyoba..
ketauan deh ogebnya :-(



Sunday, January 14, 2007

Balada Blog Baru...

Rencananya sih mo bikin blog yang beda dari yang udah ada. Tapi kok malah beribet buangett
dasar aku yang gaptek kali yeeee...

ya sutralah...

ntar kalo ada waktu di sambung lagi...
100 things about me

1. My full name is Sri Mulyani sometimes its written Sri Muliani
2. People usually call me: moel, my family call me: nani, kakak, some of my friends call me: sri (I hate it), and all of my classmate in when I was in University called me : Bang Moel ( I love it.. :-) )
3. I am Acehnese, but
4. In a first impression people usually think that I am Javanesse (my dialect and my face )
5. I have 3 siblings and all of them are boys!
6. My Zodiac is Aries, and I feel like truly Aries,
7. No wonder I am a moody, energetic, warm, adventurous woman
8. I have short hair when I was in the elementary school. Then, when I was in Senior high school my hair was reached out my legs.
9. I rather play with boys than gals since I was at kindergarten
10. I got dog bites twice
11. and once monkey bite
12. I spent my childhood playing car and guns instead of dolls
13. I am clumsy I left my bags in my classroom oftenly (forget to take it home) when I was in the kindergarten
14. I left my bycicle few times when I went to the traditional market, then came back home by becak
15. I spent my money buying and collecting magazine such as : Bobo, Ananda, Hello, instead of buying some foods
16. I love singing
17. When I was in Senior High School, I followed some song festivals, without telling my parents.
18. Before I gave a birth, I memorized all the phone number of the journalist and editor in Medan Bisnis (the company before the one I am working for)
19. And after having a baby, I forget anything, even what did I wear yesterday
20. I’m not good in number, and I am allergic to numbers!
21. I wish I could dye my hair into brown, mahogany and burgundy…maybe someday..
22. I learned Jujitsu and I gave up
23. Now I am trying to ride my bike instead of jogging
24. I rarely use comb
25. I love to let my hair being messy
26. I am madly in love with baby, especially gals
27. I love black for things, and brown for lipstick and clothes (but now I began to love red)
28. I don’t use perfume (except when I am being in love)
29. I argued with my dad very often
30. I hate military. But I love style Army Look in fashion
31. I cant cook, but I love to make a cake
32. I love man who can cook. He is very sexy!
33. I love U2
34. I love Bono very much
35. I love Toto
36. I love GodBless
37. I love Ungu
38. I don’t like talking via phone
39. Three things I cannot live without; hp, internet and music
40. I am always curious about: why all of my brother can play music? Why Cant I ?
41. I hate being lied,and betrayed
42. I used to be schedulic. But not anymore…J
43. I rarely cry
44. I don’t like watching TV and movie.
45. I rather reading book instead of it
46. I am madly in love with music (Rock and Jazz)
47. I love Michael Buble so much… He’s so sexy..
48. My first “adult” magazine is HAI
49. I am obsessed to learn drum
50. I am obsessed to make a children library for poor child
51. I am obssesed to be a Café Singer
52. When I was in elementary school I always want to be a police or detective
53. I don’t love shopping. I just buy something when I need
54. But I cannt control myself for not buy a book
55. I want to be a journalist since my Junior High School
56. I was a coffeholic
57. I am still obsessed with guys with a long hair…
58. I am still obessed with photography (include the photographer ..oppss..)
59. I only have 3 shoes (2 pantofel, and 1 sport shoes)
60. I hate a long distance relatioship; ironically, I always have it..
61. I am mad of massage. At least once in a weeek I should have it
62. I hate being in a room with an Air Conditioner
63. I hate reading books in English
64. I don’t like comic
65. Aku sangat bermasalah dalam soal arah. Sense of direction yang kacau buanget lah pokoknya. Anda dijamin akan sering kesasar jika berjalan bersamaku
66. Aku juga tak bisa mengingat tempat dengan baik jika hanya mengunjunginya dalam sekali atau dua kali
67. Aku suka menulis (sumpah, masih!) meski tulisanku makin kacau sejak setahun belakangan. Banyak faktor; ga penah dikejar deadline, ga pernah baca dan diskusi lagi en so on (*halah*banyak banget alasannya!)
68. Aku sudah mulai suka “menulis diary” sejak kelas 2 SD. “Diaryku” berbentuk sebuah buku tulis tipis, yang khusus aku tulis-tulisin kalo aku lagi sebel sama bapakku.
69. Aku punya “diary beneran” sejak kelas 4 SD (beli sendiri..bowww…)
70. Aku benci menggambar. Waktu SD setiap pelajaran menggambar aku pasti nyontek gambar temen sebelah. Paling banter, “mencipta gambar sendiri” dengan menggabung-gabungin gambar2 punya temen-temenku yang pernah aku liat. Ga banget, kan?
71. Aku benci pelajaran eksakta; fisika, biologi, kimia…apalagi matematika.
72. Anehnya, nilai matematika dan fisika ku sampe kelas I SMU ga pernah di bawah 8 (aneh
kan?)
73. Waktu ikut UMPTN (Kalo sekarang SPMB) dari sekian banyak soal matematika, aku cuma jawab 1 soal
74. Aku ga suka games di komputer
75. Aku juga juarang buanget maenin games di hp. Yang paling simpel sekalipun.
76. Aku ga suka makanan. Kecuali lagi laper.
77. Dan kalo laper aku gak bisa mikir alias jadi ogeb
78. Tapi kalo disuruh atau ditanya : menurutku makanan yang paling pengen aku makan, biasanya yang duluan kebayang di otak adalah: Sup Jagung atau Bubur Jagung…hhmm..nyam..nyam..
79. Orangtuaku ga pernah mengingat dengan benar tanggal lahirku (selalu tertukar antara 11 atau 14 april). Mereka selalu menuliskannya berbeda-beda. Kartu Keluarga beda, Akte Kelahiran beda lagi. Belum lagi kalo ada pendaftaran macem-macem.
80. Aku ga pernah mendapat ucapan “Selamat Ulang Tahun” dari orang tuaku.
81. Aku selalu merasa tua (ya iyalah..30 tahun getolooo..apa coba namanya kalo bukan tuwir..hihihi)
82. Aku lebih suka dan yaman banget jalan sama cowok ketimbang sama cewek. Mereka lebih asik, “berani malu” dan apa adanya. Satu lagi: para cowok kalo belanja ga lama-lama banget.. J)
83. Kalo disuruh pilih pantai atau gunung, aku akan pilih pantai. Aku cinta mati sama pantai.
84. Aku juga cinta mati sama langit senja hari.
85. Koleksi bajuku kebanyakan unisex. Akibatnya para adik laki-lakiku selalu “berusaha mendapatkannya”, dengan merayuku atau barter ..hehehe.
86. Dan akibat terparahnya, ibuku nyaris ga pernah bisa ngebedain antara bajuku dan baju adek-adekku…fuiih…
87. Waktu kecil, aku girly banget. Sejak TK aku udah punya kuteks warna merah.
88. Aku malah sudah punya lipstik sendiri sejak umur 4 tahun. Padahal ibuku sama sekali ga pesolek. Pake bedak aja jarang.
89. Aku selalu memimpikan punya rumah mungil warna coklat muda; dengan kamar tidur dua dan pohon mangga di halaman depannya.
90. Aku ga suka beres-beres. Apalagi disuruh ngatur-ngatur printilan rumah
91. Tapi aku suka nyapu dan ngepel.
92. Aku ga suka model tas selain ransel. Saat ini aku punya 5 ransel yang semuanya aku pake (tergantung moment atau kebutuhannya)
93. Semua tasku berukuran besar.
94. Aku ga begitu suka baca koran, kecuali terpaksa. Biasanya yang paling duluan aku cari adalah: lowongan kerja..hihihi
95. Setiap membaca koran aku selalu mulai dari halaman belakang

96. Dan halaman yang paling jarang aku lirik (kecuali fofo-fotonya keren) adalah Halaman
Olahraga
97. Kalo disuruh pilih antara Pasha “Ungu” dan Ariel “Peterpan”, aku akan pilih Pasha “Ungu” ganteng kali dia sekarang makk…
98. Aku masih sangat mengagumi (baca: termehe-mehe) sama fotografer dan cameraman, tapi
99. Aku ga mau punya pacar atau suami (lagi) dari dua profesi itu..(wakakakkkk…maaaap kawan-kawan..poin ini tak terkandung unsur pelecehan profesi, sumpah! Ini hanya berdasarkan pandangan pribadi saya :-))
100. Alhamdulillah…akhirnya nyampe seratus juga….

*postingan ini adalah..hasil istirahat dan bengong selama 3 minggu akibat tifus…