![]() |
sepi pengunjung |
Demikian pidato yang diucapkan Ali Hasjmy
ketika Yayasan Pendidikan Ali Hasjmy diresmikan pada 15 Januari 1991 silam.
Peresmian yayasan itu juga sekaligus menandai berdirinya bangunan Perpustakaan
dan Museum di atas lahan seluas 3.000 meter persegi di Jalan Jenderal Sudirman,
Banda Aceh.
Mantan gubernur Aceh ( 1957 - 1964) yang
juga dikenal sebagai seorang politikus, ulama, sastrawan, jurnalis dan
pengarang dan penyair angkatan Pujangga Baru ini menyimpan sekitar 1.500
koleksi buku di perpustkaan tersebut.
Mulai dari naskah kuno (manuscript) yang berusia ratusan tahun sampai
buku-buku yang terbit di era millenium. Ribuan buku yang berjajar di rak-rak
itu ditulis dengan tulisan arab gundul, arab jawi, dan latin. Beragam bahasa
juga dapat ditemukan di sejumlah buku-buku itu, dari buku-buku berbahasa Aceh,
Melayu, Indonesia, Arab, Inggris, Belanda dan bahasa lainnya. Inilah
perpustakaan dan museum pribadi pertama di Aceh yang kemudian diwakafkan kepada
masyarakat Aceh.
Beberapa lembaga seperti University Tokyo
pernah mengirimkan mahasiswanya untuk membuat katalog pustaka. Selain itu ada
juga tim yang terdiri dari
Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), Pusat Pengkajian Islam dan
Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, PKPM Banda Aceh, dan Centre
for Documentation and Area-Transcultural Studies (C-DATS) Tokyo University of
Foreign Studies (TUFS). Katalog
naskah YPAH ini telah diterbitkan pada Januari 2007 lalu oleh Tokyo University
of Foreign Studies. Ada juga salah satu lembaga di Jerman yang membantu digitalisasi
manuskrip lama di museum tersebut. Dari Pemerintah Daerah Aceh sendiri, tahun
lalu mengucurkan Rp 100 juta untuk perawatan manuskrip lama. Selebihnya, urusan
museum menjadi kewajiban dari ahli waris Ali Hasjmy yang menyisihkan sebagian
penghasilannya untuk merawat peninggalan sang ayah.
Sayangnya, meski katalog naskah telah
diterbitkan tetapi karena keterbatasan ruang buku-buku dipajang secara tak
beraturan. Hal lain lagi, tidak adanya keterangan tertulis yang menyertai
benda-benda kuno bersejarah yang dipamerkan. Sang kurator pun tak tahu banyak
tentang isi museum.
![]() |
buku dan naskah yang tergeletak begitu saja |
![]() |
sebagian isi perpustakaan yang sudah rusak |
![]() |
Salah satu manuskrip koleksi museum |
Naskah, buku dan benda bersejarah yang
dimiliki museum ini nyaris semuanya berasal dari hasil upaya dan kerja keras
Ali Hasjmy. Setelah beliau wafat, tidak pernah ada lagi masyarakat yang
menghibahkan naskah-naskah miliknya kepada museum tersebut.(Teks : Nur Raihan & Moeld)
No comments:
Post a Comment