Wednesday, April 25, 2007


Tight Money Policy..

Kebijakan ini yang sedang saya terapkan dalam pengelolaan keuangan saya beberapa bulan ini. Periode pra dan pasca membelian kamera saya, adalah masa-masa yang "lumayan sulit" dalam 2 tahun belakangan ini.

Saya harus mengatur seluruh pengeluaran saya, menekan segala post-post yang ga penting, seperti membeli baju, jalan-jalan dan makana-makan bersama bidadari kecil saya dan berbagai kegiatan kesenangan saya. Semuanya demi pacar baru saya ini.

Alhamdulillah akhir January lalu saya berhasil meminang dan memilikinya
Tapi sejak saat itu saya menjadi bokek bueraatt..karena tabungan saya nyaris tak bersisa, secara saya bukan penabung yang baik. Sampai-sampai berbagai evaluasi keuangan (*halah*) sudah saya lakukan. Tapi penemuan-penemuan dan kesimpulan yang saya dapatkan tak dapat memuaskan saya.

Karena mengingat masa kerja saya di sini sudah menginjak bulan ke 24, namun tabungan saya masih segitu-gitu juga. Padahal, gaji saya 4 kali pendapatan di tempat sebelumnya. Harusnya ini membuat saya setidaknya bias menyimpan minimal setengah gaji saya tiap bulan. Tapia pa kenyataannya sekarang?Setelah membeli kamera saya tabungan saya hanya bersisa 2 juta..hah???

Akhirnya saya membuat list daftar dosa saya selama ini. Dan ternyata kesalahan-kesalahan terbesar saya aadalah sebagai berikut:

1. Tak pernah memprioritaskan menabung setelah gaji diterima. Selama ini menabung adalah sebuah kegiatan jika ada uang sisa yang tak habis dibelanjakan.

2. Saya terlalu gampang tergoda membeli barang-barang yang tidak saya butuhkan, karena harganya miring. Akibatnya kamar kos saya yang mungil nan sempit itu dipenuhi oleh barang-barang ga penting, yang bikin nyusahin saat mau beres-beres, secara saya yang paling ga bisa ngatur printilan begituan.

3. Saya juga masih gampang tergoda buat ngikutin keinginan ketimbang memprioritaskan kebuthan. Alias ga bias ngebedain mana keinginan, mana kebutuhan.

4. Saya masih suka melampiaskan stress saya dengan nongkrong di tempat-tempat yang lumayan menguras dompet. Padahal sepulang dari situ, saya bakalan lebih stress juga soalnya tanpa disadari saya sudah menghabiskan budget untuk minggu depan.

5. Dan ternyata hal yang paling berpengaruh itu adalah biaya telpon dan biaya" liburan" saya. Yah, ini memang harga yang harus dibayar sepanjang saya masih terdaftar sebagai member of Long Distance Relationship (LTDR) Club. Tsah.


Namun kalo saya piker-piker lagi, rasanya saya bisa dibilang cermat, mengingat sejauh iini pengeluaran paling besar saya adalah biaya LTDR saya dan malaikat kecil saya. Juga berbagai persiapan untuk sekolahnya (huhh..justifikasi..hehehe). Karena diantara rekan-rekan sejawat saya, mungkin saya termasuk yang unfashionable, jarang beli baju, dekil dan keliatan kere (hihihi..). Beberapa rekan sejawat bahkan menghabiskan nyaris sejuta buat perawatan wajah doang..fiiuuhh.. jumlah yang cukup besar mengingat profesi kami bukanlah model (hi..there  ). Mereka juga sangat up to date soal fashion. Punya tongkrongan pula. Lha saya..? udah keliatan dekil, tongkrongan cuma sepeda (itu juga udah kejual minggu lalu..hihihi). Lalu kemana "larinya" uang saya. Yah..seperti saya sudah jelaskan di atas, saya kan single parent, otomatis segala biaya anak saya dan saya semua di bawah budget saya. Jadi ga heran kalo saya ga "keliatan gaya" seperti rekan-rekan saya. Dan lagi, jangan lupa….saya kan punya pacar baru dan perpustakaan kecil yang nilainya lebih berharga (setidaknya buat saya) daripada baju-baju dan sepatu trendi.

Kesimpulannya, memang pengeluaran saya cukup besar, dan pundi-pundi tabungan saya jarang penuh, tapi saya punya sesuatu yang tak dimiliki mereka yang berkilau. Tugas saya saat ini adalah terus memperbaiki dan meminimalisir daftar kesalahan-kesalahan saya dalam keuangan. Dan tak lupa berbagi dengan mereka yang tak mampu. Mungkin itu salah satu cara yang terbaik hasil temuan saya saat ini. Any suggestion?

No comments:

Post a Comment