Wednesday, April 25, 2007


Desperately seeking for a partner?

Beberapa bulan ini selain musim kemarau, ada satu musim yang sedang melanda yakni : musim (pengen ) cepet-cepet nikah.

Kenapa coba saya bilang begitu?

Seorang teman beberapa waktu yang lalu sempat bercerita bahwa saat ini dirinya dalam kondisi desperately pengen kawin..eh nikah. Tapi sayangnya sang pasangan tampaknya tak punya (atau belum punya) keinginan serupa.

Seorang sahabat lainnya juga berkisah bahwa ia juga sedang kepengen "kepengen cepet-cepet" alias sesegera mungkin pengen berumah tangga. Hmmm. Buat saya, kasus yang terakhir menarik dan aneh. Kenapa menarik dan aneh? Sebagai perempuan yang (di mata siapa saja) selama ini tak begitu mempersoalkan umur berapa menikah, meski lingkungan sekitar udah teriak-teriak dan selalu dating dengan pertanyaan yang sama : Kok belum sih? Tunggu apa lagi? Dan selama ini di mata saya ia adalah as a good life enjoyer. Trus kenapa tiba-tiba dia berubah menjadi seperti ini? Apalagi keinginan itu datang di saat ia sedang "kosong". Apa sih yang dia bayangkan tentang sebuah pernikahan itu? Begitulah yang ada dalam benak saya saat itu.

Saking penasarannya saya terus mencoba mencari tau apa sebenarnya yang melatarbelakangi perubahan pikiran sahabat saya ini untuk punya niat menikah segera. Hasil temuan saya : selain ga kuat (menurut dia sih ga ngaruh.masa sih?.. J) akan cercaan lingkungan yang menuntut perempuan seusia (adahal masih 25 lho..) dan semandiri dia (baca: udah punya pekerjaan tetap), tapi penyakit yang ia derita saat ini juga kerap bikin dia was-was dan bikin dia pengen segera punya momongan. Alasan yang aneh (menurut saya lho..)

Beberapa minggu lalu, salah seorang adik saya juga ngomong ke ibu saya kalau dia sudah ingin menikah.

What???

Saat ibu saya mengungkapkan hal ini ke saya (secara beliau yang jarang curhat ke saya, maka saya anggap ini keinginan serius), maka reaksi pertama yang saya berikan mendengar cerita ibu saya.

Saya yakin bin percaya, melihat dan mendengar reaksi pertama saya saja, ibu sudah males banget nerusin curhatnya. Apalagi saya kemudian menyambung: Masih kecil udah minta kawin? hihihi…(padahal adik saya sudah 26 tahun lho).
Ya mungkin saya kaget aja dan tiba-tiba saya sadar bahwa adik saya sudah semakin gede dan saya semakin tuwir. Tapi tentu saja dengan tak kalah sinisnya (bukan saya namanya kalo gak sinis.. J) saya juga menambahi statement saya tadi dengan kalimat, "Kerjaan aja belum tetap (baca: belum jadi PNS tetap) udah minta kawin, ntar malah nyusahin lagi. Suruh dia piker-pikir dulu, mak" ujar saya dengan cueknya.

Alasan lain yang bikin saya heran bin takjub atas keinginannya itu adalah adik saya ini sejak dulu diantara 4 bersaudara, hanya dia yang terkenal lumayan suka gonta ganti pacar. Diantara 3 adik saya yang notabene laki semua, maka dialah yang paling laku J. Dan buat saya selama ini dia sangat menikmati semua ini. Terus kenapa dia tiba-tiba aja punya niat menikah? Apalagi saat ini dia lagi ga punya pacar? Memangnya dia pikir menikah itu enak? Begitu juga hal yang terlintas di otak saya saat itu.

Dan taukah kamu, belakangan saya merasa seperti mendapat karma. Kenapa saya bilang karma?Karena apa yang selama ini saya pertanyakan tentang keinginan-keinginan menikah yang tiba-tiba itu, yang menurut saya merupakan sebuah tindakan gegabah dan konyol, ternyata muncul juga dalam otak saya sudah sebulan ini. Tapi saya juga sadar bahwa keinginan saya itu bukanlah sesuatu yang realistis mengingat pacar saya belum tentu mau. hiks.

Dan ini bukan sepenuhnya kesalahan pacar saya. Karena beberapa bulan yang lalu ia juga sudah mengajukan proposal untuk menikah, tapi tau tidak..saat itu jawaban yang keluar dari mulut saya adalah "ntar aja deh. aku butuh waktu. aku belum siap nih..". Nah lho.


Kalo boleh saya beralasan, keinginan itu datang seiring dengan kondisi mental dan psikis saya yang belakangan cenderung memburuk. Di tengah rasa ketidakberdayaan saya dan kebutuhan akan teman berbagi akan segala persoalan yang saya hadapi, tiba-tiba saya merasa pernikahan (sejauh ini) tampaknya bias jadi solusi yang cukup baik untuk semua kegelisahan saya itu. Satu hal yang dari dulu selalu saya sangkal dan tolak mentah-mentah.

Selain itu, anehnya lagi, belakangan saya juga kerap menyelipkan kenginan dan permohonan ini dalam doa-doa saya sehabis sholat. Hal yang sebelumnya ga pernah saya sertakan dalam doa saya. Gosh. Kayaknya saya bener-bener ikutan desperate yak..





No comments:

Post a Comment