Tuesday, November 18, 2008

Hidup sendiri?

Ya..

Setelah keberangkatan Mamak dan Ayah ke Tanah Suci, perasaan saya benar-benar merasa bahwa inilah makna “sendiri” yang sebenarnya buat saya.

Meski kerap saya berseberangan dengan keluarga saya (herannya hampir dalam setiap hal), tetap saya merasa ada sesuatu yang hilang. Meski kepergian mereka hanyalah untuk sekialn puluh hari.

Kerap rasa gamang menghampiri jika saya membayangkan hidup tanpa kehadiran mereka

Diakui atau tidak, rasa secure saya selama ini juga banyak dipengaruhi oleh “support” mereka, dalam berbagai hal. Yang pasti saya yakin mereka selalu mendoakan saya si anak keras hati ini..

Saya juga mulai memahami kenapa mereka “secara implisit” bersikeras agar saya menikah lagi. Semua mata-mata agar saya punya teman berbagi, jika kelak hati saya lelah dan saya butuh pasangan jiwa yang dengan senang hati dan penuh kasih menyediakan bahu dan hatinya untuk menjadi sandaran saya.

Tapi mak, yah, saya tidak yakin ada lelaki yang berjiwa dan berhati besar seperti itu saat ini, di zaman dimana kesetiaan sudah tak ada harganya lagi...

Maafkan saya mak, yah,...Saya belum bisa menyembuhkan luka hati. Saya belum bisa percaya pada satupun dari mereka.Saya tak mau keputusan saya yang salah akan lebih melukai malaikat kecil kita, Nazla.

Saya bahkan rela mati untuknya, asalkan saya tidak menyakiti hatinya..

No comments:

Post a Comment